-->

PENGUKURAN SIKAP



I. Definisi Sikap
Sikap manusia, atau untuk singkatnya kita sebut sikap, telah didefinisikan dalam berbagai versi oleh para ahli. Puluhan definisi dan pengertian itu pada umumnya dapat dimasukkan ke dalam salah-satu diantara tiga kerangka pemikiran.
·           Pertama adalah kerangka pemikiran yang diwakili oleh para ahli psikologi seperti Louis Thurstone, Rensis Likert, dan Charles Osgood. Menurut mereka sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Thurstone sendiri memformulasikan sikap sebagai ‘derajat afek positif `atau afek negative terhadap suatu objek psikologis’ (Edward, 1957).
·           Ke dua diwakili oleh Chave, Bogardus, LaPierre, Mead, dan Gordon Allport mengenai sikap menurut mereka lebih kompleks pemikirannya sikap merupakan semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu. LaPierre mendefinisikan sikap sebagai ‘suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau secara sederhana, sikap adalah respons terhadap stimuli sosial yang telah terkondisikan’.
·           Ke tiga adalah kelompok yang berorientasi pada skema triadik (triadic sceme). Kerangka pemikirannya suatu sikap merupakan konstelasi komponen-komponen kognitif, afektif, dan konatif yang saling berinteraksi dalam memahami, merasakan, dan berperilaku terhadap suatu objek. Secord dan Backman mendefiniskan sikap sebagai ‘keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi), dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya’.
Di samping pembagian kerangka pemikiran tradisional seperti terurai di atas, di kalangan para ahli Psikologi Sosial mutakhir terdapat pula cara lain yang popular guna klasifikasi pemikiran tentang sikap, dalam dua pendekatan seperti berikut ini.
Pendekatan pertama adalah memandang sikap sebagai kombinasi reaksi afektif, perilaku, dan kognitif terhadap suatu objek (Breckler, 1984; Katz dan Stotland, 1959; Rajecki, 1982; dalam Brehm dan Kassin, 1990). Ke tiga komponen tersebut secara bersama mengorganisasikan sikap individu. Pendekatan ini, yang pada uraian di atas dikenal dengan nama skema triadik disebut juga pendekatan tricomponent.
Pendekatan ke dua timbul dikarenakan adanya ketidakpuasan atas penjelasan mengenai inkonsistensi yang terjadi diantara ketiga komponen kognitif, afektif, dan perilaku dalam membentuk sikap. Oleh karena itu pengikut pendekatan ini perlu untuk membatasi konsep sikap hanya pada aspek afektif saja (single component). Definisi yang mereka ajukan mengatakan bahwa sikap tidak lain adalah ‘afek atau penilaian – positif atau negatif terhadap suatu objek’. Pengikut pemikiran ini adalah Fishbein dan Ajzen (1980), Oskamp (1977), Petty dan Cacioppo (1981) (Brehm dan Kassin, 1990).
Kalau Thurstone menekankan definisinya pada intensitas afek terhadap suatu objek, maka Petty dan Cacioppo secara lengkap mengatakan ‘sikap adalah evaluasi secara umum yang dibuat manusia terhadap dirinya sendiri, orang lain, objek atau isyu-isyu’, definisinya ini lebih menekankan aspek evaluasi atau penilaian sebagai karakteristik sikap yang lebih menentukan, dikarenakan sikap kadang-kadang tidak menimbulkan afek sama sekali.
Bagi para ahli, masing-masing aspek tersebut memang merupakan komponen yang konstrak teoritiknya berbeda satu sama lain. Sikap merupakan suatu konstrak multidimensional yang terdiri atas kognisi, afeksi, dan konasi.

II. Pengukuran Sikap
Salah-satu aspek yang sangat penting guna memahami sikap dan perilaku manusia adalah  masalah pengungkapan (assement) atau pengukuran (measurement) sikap.
Salah-satu definisi sikap merupakan respons evaluatif yang dapat berbentuk positif maupun negatif. Dalam buku yang berjudul Principles of educational and Psychological Measurement and Evaluation, Sax (1980) menunjukkan beberapa karakteristik (dimensi) sikap yaitu arah, intensitas, keluasan, konsistensi, dan spontanitasnya. Penjelasannya sebagai berikut:
1)                  Sikap mempunyai arah, artinya sikap terpilah pada dua arah kesetujuan yaitu apakah setuju atau tidak setuju, apakah mendukung atau tidak mendukung, apakah memihak atau tidak memihak terhadap sesuatu seseorang sebagai objek.
2)                  Sikap memiliki intensitas, artinya kedalaman atau kekuatan sikap terhadap sesuatu belum tentu sama walaupun arahnya mungkin tidak berbeda.
3)                  Sikap mempunyai keluasaan,maksudnya kesetujuan atu ketidaksetujuan terhadap suatu obyek sikap dapat mengenai hanya yang sedikit dan sangat spesifik akan tetapi dapat mencakup banyak sekali aspek yang ada dalam obyek sikap.
4)                  Sikap juga memiliki konsistensi, maksudnya kesesuaian antara pernyataan sikap yang dikemukakan dengan responsnya terhadap objek sikap tersebut.
5)                  Sikap yang memiliki spontanitas, artinya menyangkut sejauhmana kesiapan individu untuk menyatakan sikapnya secara spontan.

Beberapa diantara banyak metode pengungkapan sikap yang secara historik telah dilakukan orang.
1.                  Observasi Perilaku, di sini sikap ditafsirkan dari bentuk perilaku yang tampak. Dengan kata lain, untuk mengetahui sikap seseorang terhadap sesuatu kita dapat memperhatikan perilakunya, sebab perilaku merupakan salah-satu indikator sikap individu.
2.                  Penanyaan Langsung, wajar bila banyak yang beranggapan bahwa sikap seseorang dapat diketahui dengan menanyakan langsung (direct questioning) pada yang bersangkutan.
Asumsi yang mendasari metode penanyaan langsung guna pengungkapan sikap pertama adalah asumsi bahwa individu merupakan orang yang paling tahu mengenai dirinya sendiri dan ke dua adalah asumsi keterusterangan bahwa manusia akan mengemukakan secara terbuka apa yang dirasakannya. Oleh karena itu, dalam metode ini, jawaban yang diberikan oleh mereka yang ditanyai dijadikan indikator sikap mereka.
Telaah yang lebih mendalam dan hasil-hasil penelitian telah meruntuhkan asumsi-asumsi tersebut di atas (Edward, 1957). Ternyata orang akan mengemukakan pendapat dan jawaban yang sebenarnya secara terbuka hanya apabila situasi dan kondisi memungkinkan. Artinya, apabila situasi dan kondisi memungkinkan untuk mengatakan hal yang sebenarnya tanpa rasa takut terhadap konsekuensi langsung maupun tidak langsung yang dapat terjadi. Dalam situasi tanpa tekanan dan bebas dari rasa takut, serta tidak terlihat adanya keuntungan berkata lain, barulah individu cenderung memberikan jawaban yang sebenarnya sesuai dengan apa yang dirasakannya.
3.      Pengungkapan Langsung, suatu versi metode penanyaan langsung adalah pengungkapan langsung (direct assement) secara tertulis yang dapat dilakukan dengan menggunakan aitem tunggal maupun dengan menggunakan aitem ganda (Ajzen, 1988).
Pengungkapan langsung dengan aitem tunggal sangat sederhana, responden diminta menjawab langsung suatu pernyataan sikap tertulis dengan memberi tanda setuju atau tidak setuju.


Sebagai contoh, untuk mengetahui sikap siswa terhadap perubahan jam hari sekolah dari 6 hari 5 hari seminggu, pernyataannya sbb:
UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI PENDIDIKAN, SEKOLAH
LIMA HARI SEMINGGU PERLU DILAKSANAKAN

Setuju :----:----:----:----:----:----:----: tidak setuju
Jawaban individu berupa tanda silang pada garis kontinum setuju-tidak setuju, dapat diketahui kesetujuan atau ketidak setujuan seseorang. Seseorang yang member tanda silang pada kotak ke tuju dari kiri ditafsirkan lebih setuju dan seterusnya.

Pengungkapan langsung dengan menggunakan aitem ganda adalah teknik diferensi semantik (semantic differential) dirancang untuk mengungkap afek atau perasaan yang berkaitan dengan suatu objek (Osgood, Suci, dan Tannenbaum, 1975). Menurut mereka diantara banyak dimensi atau faktor yang berkaitan dengan sikap paling utama adalah dimensi evaluasi (baik-buruk, cantik-jelek, yang menekankan nilai kebaikan), dimensi potensi (kuat-lemah, berat-ringan), dimensi aktivitas (cepat-lambat, aktif-pasif). Dengan memilih dimensi dan kata sifat yang relevan terhadap objek sikap, pasangan kata sifat pada suatu kontinum tujuh titik sebagai berikut:
HOMOSEKSUAL
menyenangkan :---:---:---:---:---:---:---: menyusahkan
         merugikan  :---:---:---:---:---:---:---: menguntungkan
buruk :---:---:---:---:---:---:---: baik
bersih :---:---:---:---:---:---:---: kotor
4.      Skala Sikap, metode pengungkapan sikap dalam bentuk self-report yang hingga kini dianggap paling dapat diandalkan adalah dengan menggunakan daftar pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh individu yang disebut sebagai skala sikap (attitude scales) berupa kumpulan pernyataan-pernyataan mengenai suatu objek sikap.
Beberapa faktor yang dapat menghambat pencurahan sikap melalui skala sikap yang berisi pernyataan-pernyataan, dalam ilustrasinya sebagai berikut:
a)      Setiap jawaban yang memiliki alternatif tertentu dan terbatas akan membatasi pula keluasan individu dalam mengomunikasikan sikapnya, sehingga memilih yang mirip saja diantara yang ada.
b)      Bahasa standar yang dapat diterima umum yang digunakan dalam skala sikap mungkin tidak mampu mengungkapkan reaksi-reaksi asli dan tipikal.
c)      Pertanyaan-pertanyaan standard dan formal tidak mampu mengungkap kompleksitas, nuansa-nuansa, atau pun warna sesungguhnya dari sikap individu yang sebernarnya.
d)     Dalam setiap kumpulan respon yang diberikan oleh manusia tentu sedikit-banyak akan terdapat eror atau kekeliruan (dalam membaca, memahami, atau menafsirkan pernyataan yang disajikan).
e)      Jawaban responden dipengaruhi oleh hasrat dan keinginan mereka sendiri akan penerimaan sosial, persetujuan sosial (social approval), dan keinginan untuk tidak keluar dari norma yang dapat diterima oleh masyarakat, yang dapat menghambat keluarnya pernyataan sikap yang sebenarnya).
f)       Situasi interview sebelum pengukuran, situasi sewaktu penyajian skala, karakteristik pertanyaan sebelumnya, harapan subjek mengenai tujuan pengukuran itu dan banyak sikap yang dapat mempengaruhi respons individu.
Proses pengungkapan sikap merupakan proses yang rentan terhadap berbagai kemungkinan eror dikarenakan sikap itu sendiri merupakan suatu konstrak hipotetik atau konsep psikologis yang tidak mudah untuk dirumuskan secara operasional, maka harus hati-hati dan sungguh-sungguh dan ditulis dengan mengikuti kaidah-kaidah penyusunan skala yang berlaku. Salah-satu faktor yang merusak interpretasi adalah dikarenakan suatu alasan orang sengaja tidak memberi respons yang dirasakan tetapi memberi respons yang dapat diterima oleh norma masyarakat, dianggap baik oleh kaidah kehidupan sosial. Ada juga dua cara untuk mendapatkan respons yang jujur yaitu penggunaan alat bantu yang disebut bogus pipeline dan pengukuran terselubung.
Metode bogus pipeline (Jones dan Sigall) dilakukan dengan menghubungkan individu-individu yang hendak diungkap sikapnya dengan kabel pada suatu instrument mekanis canggih yang dirancang seakan-akan mampu mengetahui dan mencatat perasaan mereka yang sesungguhnya, maka cenderung tidak berani berbohong karena takut ketahuan oleh mesin pencatat dan karenanya responnya jujur.
Skala sikap Likert, dilakukan dengan mencatat (tally) penguatan respon dan untuk pernyataan anggapan positif dan negative tentang objek sikap.
Pengukuran sikap kadang-kadang dibedakan antara kepercayaan atau bulir kognitif, perasaan atau bulir afektif, dan kecenderungan perilaku atau bulir konatif, karena dalam skala Likert tidak terdapat bulir netral maka harus jelas positif atau negatifnya dengan memperhatikan kepada objek sikapnya.
Skala Thurstone, mengembangkan tiga bagian dalam penskalaan yaitu (1) metode perbandingan-pasangan (2) metode interval pemunculan sama, (3) metode interval berurutan
Keuntungan skala Thurstone adalah menyusun dua bentuk skala sikap yang ekuivalen relative lebih mudah, dan adanya angka netral atau “nol”. Kerugiannya, yaitu besarnya jumlah upaya yang dibutuhkan (perlunya administrasi pada kelompok pertimbangan , secara keseluruhan terpisah dari administrasi pada skala responden).
Skala Guttman, terdiri dari bulir-bulir pendapat yang sama dengan skala Likert dan Thurstone, yang membuat unik adalah tekanan ekstrim pada unidimensionalitas (menempatkan pada titik tertentu dalam kontinum sikap harus setuju dengan semua bulir di bawah posisi skalanya dan harus tidak setuju dengan semua bulir di atas posisi skalanya.





Aspek Evaluatif
(Nilai kepentingan)
Kekuatan Kepercayaan
(Penerimaan instrumentalitas)
Skala Likert
Bulir-bulir berkunci baik sebagai positif maupun negative.
Tidak dibuat ketentuan nilai terbaik.
Lima tingkat persetujuan yang mungkin dari “sangat setuju” hingga “sangat tidak setuju”.
Kebanyakan varian dalam skor skala Likert diambil dari sumber ini.
Skala Thurstone
Bulir-bulir di tempatkan dengan baik dalam kemustarian terhadap objek sikap, melalui peringkat keputusan.
Kebanyakan varian skala Thurstone diturunkan dari sumber ini.
Responden baik setuju atau tidak setuju dengan setiap bulir.
Tidak dibuat keputusan mengenai kepercayaan yang lebih baik.
Analisis bulir-bulir skala Likert dan Thurstone dengan model sikap Fishbein.

5.      Pengukuran Terselubung (covert measure) sebenarnya berorientasi kembali ke metode perilaku, akan tetapi sebagai objek pengamatan bukan lagi perilaku tampak yang disadari atau sengaja dilakukan oleh seseorang melainkan reaksi-reaksi fisiologis yang terjadi lebih di luar kendali orang yang bersangkutan. Dalam batas tertentu kita dapat menafsirkan perasaan orang dari pengamatan atas reaksi wajah, dari nada suara, dari gerak tubuh, dan dari beberapa aspek perilakunya.
Daftar Pustaka
Gerungan, Dr. W.A. 2009. Psikologi Sosial. Bandung: Refika Aditama
Azwar, Saifuddin. 2009. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

» Thanks for reading: PENGUKURAN SIKAP

Related Posts

Sinau Sosiologi (Belajar Sosiologi) Updated at: 6:05:00 AM

0 komentar :

Post a Comment