Home
»
Posts filed under
Humor Filsuf
Profesor: "Apakah Tuhan menciptakan segala yg ada?"
Mahasiswa: "Betul, Dia yg menciptakan semuanya."
"Tuhan menciptakan smuanya??" tanya profesor sekali lagi.
"Ya prof, semuanya," kata mahasiswa itu.
Prof: "Jika Tuhan mnciptakan segalanya, berarti Tuhan menciptakan Kejahatan..."
Mahasiswa
itu terdiam & tdk bisa menjawab hipotesis profesor tersebut. Ada
mahasiswa lain berkata, "Prof, boleh saya bertanya sesuatu ?"
"Tentu saja," jawab si Profesor.
Mahasiswa : "Prof, apakah dingin itu ada?"
"Pertanyaan macam apa itu ? Tentu saja dingin itu ada."
Mahasiswa itu menyangkal, "Kenyataannya, Prof, dingin itu tdk ada. Menurut hukum fisika, yg kita anggap dingin itu adlh ketiadaan panas. Suhu-460F adalah ketiadaan panas sama sekali & semua partikel menjadi diam & tdk bisa bereaksi pada suhu tersebut. Kita menciptakan kata dingin utk mendeskripsikan ketiadaan panas".
Mahasiswa itu melanjutkan, "Prof, apakah gelap itu ada ?"
Prof itu menjawab, "Tentu saja itu ada."
Mahasiswa
itu menjawab, "Sekali lagi anda salah, Prof. Gelap itu jg tdk ada.
Gelap adalah keadaan dimana tdk ada cahaya. Cahaya bisa kita pelajari,
gelap tidak.
Kita bisa menggunakan prisma Newton utk memecahkan cahaya jadi beberapa warna & mempelajari berbagai panjang gelombang setiap warna. Tapi Anda tak bisa mengukur gelap.
Seberapa gelap suatu ruangan diukur dg berapa intensitas cahaya di ruangan tersebut.
Kata gelap dipakai manusia utk mendeskripsikan ketiadaan cahaya.."
Akhirnya mahasiswa itu bertanya, "Prof, apakah kejahatan itu ada?"
Dgn bimbang prof itu menjawab, "Tentu saja!"
Mahasiswa
itu menjawab, "Sekali lagi Anda salah, Prof. Kejahatan itu TIDAK ADA.
Kejahatan adalah ketiadaan Tuhan. Seperti dingin atau gelap, kejahatan
adalah kata yg dipakai manusia utk mendeskripsikan ketiadaan Tuhan,
Tuhan tak menciptakan kejahatan.
Kejahatan adalah hasil dari tak adanya Tuhan dihati manusia..."
Profesor itupun terdiam...:
TES
8:03:00 AM
NJW Magz
Bandung Indonesia
Percakapan Professor dengan seorang mahasiswa
Sinau Sosiologi (Belajar Sosiologi)
Updated at:
8:03:00 AM
TES
»
Sinau Sosiologi (Belajar Sosiologi)
Suatu Ketika,
Ada Murid kelas 3 SD yang sama, mereka memiliki cita-cita yang sama pula
yaitu menjadi badut.
Guru Senior pasti mencela, “Tidak mempunyai
cita-cita yang luhur, anak yang tidak bisa dibina!”
Sedangkan guru Muda akan bilang, “Semoga Anda membawakan kecerian bagi seluruh dunia!”
Terkadang orang yang lebih tua, bukan hanya lebih banyak menuntut daripada memberi semangat, malahan sering membatasi definisi keberhasilan dengan arti yang sempit.
TES
7:22:00 AM
NJW Magz
Bandung Indonesia
Sedangkan guru Muda akan bilang, “Semoga Anda membawakan kecerian bagi seluruh dunia!”
Terkadang orang yang lebih tua, bukan hanya lebih banyak menuntut daripada memberi semangat, malahan sering membatasi definisi keberhasilan dengan arti yang sempit.
Motivasi Seorang Guru
Sinau Sosiologi (Belajar Sosiologi)
Updated at:
7:22:00 AM
TES
»
Sinau Sosiologi (Belajar Sosiologi)
Alkisah Socrates masuk Islam. Kemudian selagi ngabuburit di Indonesia
bersama gebetannya, datanglah waktu sholat maghrib. Maka Socrates
menyempatkan mampir di sebuah masjid. Sedangkan si pacar menunggu di
warung terdekat.
Lalu ia ikut sholat berjamaah. Karena baru
muallaf ia berusaha keras agar bisa terlihat tenang seperti orang Islam
lainnya. Dari awal hingga akhir, ia praktikkan semua ajaran yang ia
pelajari dari guru-guru atau buku-buku mengenai keIslaman. Karena basicnya
Socrates seorang filosuf, maka tidak terlalu sulit baginya untuk terus
menambah khazanah keilmuan agama barunya tersebut. Apalagi soal rukun
Islam yang di dalamnya terdapat perintah sholat lima waktu. Seluruh
referensi tentang salah satu kewajiban umat Islam itu terus tergali dan
tersimpan dalam benaknya lekat-lekat. Tinggal bagaimana ilmu-ilmu itu
dapat disinkronisasi dengan kondisi batin ketika sedang sholat, agar ia
dapat mengalami apa yang dinamakan khusyu’, demikian menurut
pendapatnya.
Ketika akhir salam dan sholat selesai, segera si
filosuf ini membaca zikir yang sesuai dengan apa yang ia pelajari dari
hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Aisyah. Tetapi tiba-tiba seseorang
mencolek bahunya terus menerus. Karena Socrates merasa terganggu, ia
torehkan pandangannya kepada si pencolek.
“Ada apa, Pak?” Tanya Socrates.
“Kalau habis sholat, salaman dulu sama yang di sebelah, depan dan belakang.” Jawab orang tersebut setengah berbisik.
“Bukannya kalau di teorinya habis sholat itu zikir ya, pak?” Ujar Socrates setengah berbisik.
“Yeee… Salaman dulu atuh.”
“Salaman bagian dari sholat ya pak?”
“Nggak afdhol nanti kalau nggak salaman.”
“Hah,
apa bener, pak?” Setengah kaget cengok dan merasa ritual meraih
kekhusyu’an yang susah payah dilakukannya pas sholat tadi gagal total.
“Iya bener, lihat tuh Kyainya saja di depan salaman, masak anda tidak. Anda belajar agama dari Kyai bukan?”
“Iya sih pak.”
“Nah, dimana-mana Kyai tuh habis sholat salaman, makanya kita juga harus begitu.”
“Ooo..” Socrates tertegun dengan ceramah dari seseorang disebelahnya yang ternyata merangkap Ustaz di masjid tersebut.
“Lagipula nanti kalau anda nggak salaman setelah sholat, bisa nggak mendapatkan berkah orang-orang yang sholat.”
“Oh, berkah ya pak, tapi kok gak ada tumpukan karton nasi-nasi.”
“Itu berkat, bukan berkah atuh. Beda lagi.”
“Iya,
iya, maaf pak, saya cuma baru tahu aja nih ilmu baru dari bapak,
biasanya di buku dan kitab-kitab tentang rukun dan tuntunan sholat Nabi,
nggak ada ritual salaman sehabis sholat, tapi baru tahu aja nih.”
“Nah, kan karena anda baru tahu maka amalkan. Mengamalkan amal baik itu kan berpahala, betul nggak?”
“Hmm… Hmmm…” Gumam Socrates seraya mengangguk-angguk meski masih ada beberapa pertanyaan bingung di kepalanya.
“Tapi pak, kalau pas saya sholat di sana, nggak ada salaman habis sholat kaya di sini?” Tanya Socrates.
“Di
sana berbeda, masjidnya saja beda, lagipula di sana pengamalan amal
sholihnya kurang, jadi nggak mau susah-susah, mau yang gampang dan
ringkas saja.”
“Jadi di sana nggak mau ngamalin amal sholih yang kecil-kecil seperti salaman habis sholat, ya pak.”
"Jangan
bilang-bilang ya, kalau kamu shalat di masjid dekat kampus yang itu
tuh, nanti kamu bisa dibilang sesat kalau sehabis shalat pakai salaman
segala."
"Ada juga ya pak yang kaya begitu?"
“Iya. Itu bedanya di sini dan di sana.”
“Memangnya di sana masjid apa, pak?”
“Ada
banyak, kalau di dekat poskamling, Masjid Muhammadiyah. Kalau di dekat
pasar, Masjid PKS. Kalau di samping lapangan Masjid Persis, kalau yang
suka sesat-sesat tadi masjid wahhabi namanya, terus sama yang di sini
nih, Masjid NU.”
“Ooo… Begitu. Oya Pak, ngomong-ngomong terima kasih, Pak. Saya mau pergi dulu.”
“Lho,
kok buru-buru? Obrolan kita belum selesai lho! Memangnya saudara mau
kemana sebenarnya?” Tanya Bapak itu mencegah lawan diskusinya untuk
beranjak pergi.
“Maaf Pak, Sepertinya saya salah masuk, padahal
tadi saya lagi cari masjid orang Islam, permisi. Punten, Pak.” Ujar
Socrates dengan nada sopan sambil ngeloyor pergi setelah permisi.
TES
4:54:00 AM
NJW Magz
Bandung Indonesia
Kisah Socrates Jadi Muallaf
Sinau Sosiologi (Belajar Sosiologi)
Updated at:
4:54:00 AM
TES
»
Sinau Sosiologi (Belajar Sosiologi)
Suatu hari, Sokrates bertemu dengan Meno, sahabat lamanya, di kios ikan
pasar Athena. Begitu senangnya, sehingga mereka lama berpelukan.
Sokrates kemudian mengajak Meno untuk rehat di sebuah emperan rumah
dekat pasar sambil sekaligus berteduh.
"Apa yang sedang kau lakukan saat ini, wahai Meno saudaraku?"
... "Aku sedang menjajagi untuk membuka kios usaha di Megara. Makanya
aku berkunjung ke Athena untuk melihat bagaimana mereka mengelola
kiosnya dan barang-barang apa saja yang dapat ku ambil dari sini."
"Oh begitu. Bukankah engkau sudah punya ladang gandum yang begitu luas
dari ayahmu? Apa itu tidak cukup untuk memenuhi semua kebutuhanmu?"
"Tidak Sokrates. Itu belum cukup bagiku. Aku ingin lebih dari ayahku.
Ingin seperti Kranos, saudagar terkaya di Megara. Dia hidup sangat
senang dengan semua kemewahan yang ia punya."
"Hidup sangat senang? Bisa kau berikan keterangan yang lebih jelas lagi wahai Meno?"
"Kau memang tidak tahu apa artinya hidup mewah Sokrates. Kranos itu
punya segala-galanya. Budak yang ia punya lebih dari 40 orang. Perempuan
pun suka padanya. Tidak kurang dari belasan perempuan hilir mudik
datang ke rumah Kranos tiap harinya. Merayu untuk menjadi istrinya.
Rumah itu amat megah. Berdiri kokoh dengan tiang granit dan lantai batu
pualam. Tidak cukup sampai di situ, ia, Kranos, juga memiliki 4 kereta
dan 10 ekor kuda. Itu hebat Sokrates. Itu baru namanya hidup."
"Terus, apa hubungannya antara hidup sangat senang dan hebat? Apakah
kalau kita hidup dengan hebat maka akan hidup dengan sangat senang?"
"Itu betul Sokrates. Kita akan hidup sangat senang kalau kita hidup
dengan hebat. Makanya aku datang jauh-jauh ke Athena agar bisa belajar
dan mendapatkan pengetahuan yang lebih daripada Kranos. Aku akan menjadi
lebih hebat dari Kranos tentunya."
Di tengah percakapan ini, seorang anak kecil bersama ibunya lewat di
depan mereka. Anak itu sangat senang sekali karena ibunya membelikan ia
permen gula. Ia jalan berjingkat-jingkat kecil dengan satu tangan
menggenggam permen gula dan tangan lainnya memegang tangan si ibu.
"Kau lihat anak kecil itu wahai Meno?"
"Ya Sokrates. Memangnya ada apa?"
"Tadi anak kecil itu begitu senangnya. Tidakkah itu juga hebat Meno?"
"Hebat apanya Sokrates? Menurutku, itu wajar saja. Setiap anak yang diberi permen gula tentu akan merasa sangat senang."
"Jadi, kau menganggap kalau hebat itu tidak identik dengan rasa senang?"
"Maksudmu apa Sokrates?"
"Tadi kau mengatakan kita akan hidup sangat senang kalau kita hidup
dengan hebat. Bukankah itu sama dengan mengatakan bahwa rasa senang itu
identik dengan hebat? Artinya, kalau kita hidup dengan hebat, itu akan
membuat kita hidup senang. Bukankah begitu wahai Meno sahabatku?"
Meno bingung dengan pertanyaan dan kata-kata Sokrates. Ia mulai kehilangan kata-kata.
"Iya, mungkin, Sokrates."
"Kenapa mungkin? Kalau rasa senang itu identik dengan hebat, maka anak
kecil yang tadi mendapat permen gula itu pun bisa kita bilang hebat
Meno. Hanya dengan sebuah permen gula yang kecil, ia bisa merasa sangat
senang."
Meno akhirnya tak mampu berkata-kata. Ia merasa terpojok dengan ucapan
Sokrates. Hanya dengan contoh kecil saja, Sokrates telah membuat
lamunannya yang ia bangun selama bertahun-tahun menjadi sia-sia.
"Aku tidak melarangmu menjadi hebat atau melebihi kehebatan Kranos,
wahai Meno. Aku ingin kamu menentukan tujuan hidupmu menjadi hebat bukan
semata-mata karena melihat orang lain."
Setelah itu, Sokrates menepuk pundak Meno, lalu mengajaknya pergi bertandang ke rumahnya untuk sekadar bersantap ala kadarnya.
TES
8:18:00 AM
NJW Magz
Bandung Indonesia
DISKUSI ALA SOCRATES
Sinau Sosiologi (Belajar Sosiologi)
Updated at:
8:18:00 AM
TES
»
Sinau Sosiologi (Belajar Sosiologi)
Cinta
Suatu hari, Plato bertanya kepada
Socrates apa itu cinta
Socrates : Pergilah pergilah ke
ladang, petik dan bawalah setangkai gandung yang balik besar dan paling baik,
tapi ingat satu hal setelah kamu lewati kamu tidak boleh kembali dan
kesempatanmu hanya sekali.
Plato melalukan apa yang diminta,
tetapi dia kembali dengan tangan kosong.
Socrates bertanya kenapa kembali
dengan tangan kosong.
Plato : Aku melihat beberapa gandum
yang besar dan baik saat melewati ladang, tetapi Aku berpikir mungkin ada yang
lebih besar dan lebih baik dari yang ini, jadi Aku melewatinya, tetapi Aku
tidak menemukan yang lebih baik daripada yang Aku temui di awal, akhirnya Aku
tidak membawa satupun.
Socrates menjawab itulah Cinta.
Hakikat Cinta, yaitu manakala engkau belum puas dan menemukannya, maka kau akan terus mencari dan mencari, melihat sesuatu dan membandingkannya dengan yang lain, sehingga kehampaan yang kau dapatkan."
Hakikat Cinta, yaitu manakala engkau belum puas dan menemukannya, maka kau akan terus mencari dan mencari, melihat sesuatu dan membandingkannya dengan yang lain, sehingga kehampaan yang kau dapatkan."
Pernikahan
Di hari yang lain, Plato bertanya
kepada Socrates apa itu pernikahan
Socrates : Pergilah ke hutan, potong
dan bawalah pohon yang paling tebal dan paling kuat, tapi ingat satu hal
setelah kamu lewati kamu tidak boleh kembali dan kesempatanmu hanya sekali.
Plato pergi melakukan apa yang
diminta, tapi dia tidak membawa pohon yang tinggi dan kuat hanya bagus.
Socrates bertanya alasannya.
Plato : Aku melihat beberapa pohon
yang bagus dalam perjalanan di hutan, tapi kali ini Sata belajar dari kasus
gandum, jadi Aku memilih yang pohon ini. Karena jika tidak, Aku takut kembali
dengan tangan kosong lagi, kurasa ini adalah pohon terbaik yang Aku lihat.
Socrates berkata itulah arti
pernikahan.
“Hakikat Perkawinan”, di
mana engkau berani memutuskan memilih yang baik menurut pandanganmu dan
walaupun engkau tahu bahwa itu bukanlah yang terbaik, di sinilah engkau
menentukan sikap dalam memilih, di mana perkawinan adalah pengambilan
keputusan yang berani, penyatuan dua hati, penyatuan dua karakter yang
berbeda di mana dua insan ini harus dan berani berbagi serta menyatukan
dua pandangan menjadi satu dalam menerima kekurangan dan kelebihan
pasangannya.
Kebahagiaan
Sekali lagi Plato bertanya kepada
Socrates apa itu kebahagiaan.
Socrates : Pergilah melewati ladang,
petiklah bunga yang paling cantik, tapi ingat satu hal setelah kamu lewati kamu
tidak boleh kembali dan kesempatanmu hanya sekali.
Plato pergi melakukan apa yang
diminta, dia kembali membawa bunga yang cukup cantik.
Socrates bertanya apakah ini bunga
yang paling cantik.
Plato : Aku melihat bunga ini,
memetiknya dan berpikir ini adalah bunga yang paling cantik, dalam perjalanan
di ladang Aku melihat banyak bunga yang cantik, Aku tetap percaya bunga yang
Aku petik adalah yang paling cantik, kemudian Aku membawanya kembali.
Kemudian Socrates berkata itulah
kebahagian.
Selingkuh
Sekali lagi Plato bertanya kepada
gurunya Socrates apa itu selingkuh
Socrates meminta Plato pergi ke hutan
lagi, dan kembali dengan bunga yang paling cantik.
Plato pergi dengan percaya diri, dan
2 jam kemudian dia kembali membawa bunga berwarna cerah yang agak layu.
Socrates bertanya apakah ini bunga
yang paling cantik.
Plato Menjawab: Selama 2 jamAku
mencari bunga yang paling cantik dan menemukan ini, tapi dalam perjalanan
pulang bunga yang Aku petik layu.
Kemudian Socrates berkata itulah
perselingkuhan
Kehidupan
Di hari lain Plato bertanya kepada
gurunya Socrates apa arti kehidupan
Socrates memintanya ke hutan, dia
harus kembali dan membawa bunga yang paling cantik
Plato belajar dari pengalamannya yang
terakhir, dan pergi dengan penuh keyakinan
Tiga hari berlalu, Plato belum
kembali.
Socrates berjalan ke hutan mencari
Plato dan akhirnya berhasil menemukannya berkemah disana.Socrates bertanya
apakah dia sudah mememukan bunga yang paling cantik.
Plato menunjuk bunga di sebelahnya
dan mengatakan itu adalah bunga yang paling cantik.
Socrates bertanya kenapa dia tidak
membawanya pulang
Plato mejawab : Jika Aku
melakukannya, bunga itu akan layu. Meskipun tidak kupetik bunga itu cepat atau
lambat akan layu juga. Jadi Aku berada di dekatnya waktu bunga itu sedang
mekar, dan pada saat bunga itu mati Aku akan menemukan bunga yang lain; itu
adalah bunga kedua yang Aku temukan disini.
Kali ini, Socrates mengatakan
kepadanya sekarang kamu sudah mengetahui kebenaran hidup.
TES
8:08:00 AM
NJW Magz
Bandung Indonesia
Definisi Cinta, Pernikahan, Kebahagiaan, Perselingkuhan dan Kehidupan Menurut Socrates
Sinau Sosiologi (Belajar Sosiologi)
Updated at:
8:08:00 AM
TES
»
Sinau Sosiologi (Belajar Sosiologi)
Kedukaan bisa datang dari ucapan yang tidak
direncanakan, atau telinga yang lupa menutup diri. Aku sering mengalami ini.
Berbincang dengan rekan-rekan, saling melempar canda, lalu, dari saling cerita
itu, "gosip" bisa diam-diam menyelinap. Dan luka datang tanpa dipanggil.
"Eh, tahu nggak , Biru, aku mendengar sesuatu
tentang Pipit. dia ternyata tidak sebersih yang kita kira...." atau, "Kayaknya,
dia tidak seikhlas itu deh, dulu dia pernah..."
Lama-lama aku sadari, selinapan "gosip" ini menjadi
beban yang luar biasa. Syak-wasangka, purbaduga, benci, bisa datang dengan
begitu indahnya, yang bahkan tanpa membutuhkan --mengikuti prinsip jurnalisme--
verifikasi. "Gosip" diterima menjadi sebuah kebenaran baru, sebagai kejutan yang
menggairahkan dalam memandang seseorang. Dan anehnya, entah kenapa, kadang benci
bisa jadi begitu mengasyikkan. bermain dalam ketidakjelasan, menduga-kira,
memanjangkan khayal dari secuil info, menebak keseluruhan hidup teman dari
puzzle sas-sus, lalu "merasa" tahu tentang sesuatu yang dia sembunyikan,
hmm... bisa memancing rasa bangga. Betapa aneh, karena kadang rasa bangga itu
bertaut dengan kedukaan ketika menyadari bahwa "diriku" ternyata masih bisa
dibohongi.
Tapi, darimana muncul "rasa dibohongi" itu? Darimana
lahir kedukaan karena menyadari sahabat tidak seideal yang aku bayangkan? Ya,
dari cerita-cerita yang seharusnya tidak aku dengar. Cerita-kabar yang memang
tidak menjadi milikku.
Karena itu, ketika tadi pagi, seorang teman dengan
tergopoh-gopoh membuyarkan mimpiku, hanya karena ingin berbagi kabar tentang
Non, aku marah. Aku menolak kehadirannya. Aku tidak mau dengar sesuatu yang
bukan menjadi hakku. Tapi dia memaksa, "Ini demi masa depan kamu. Kamu harus
dengar kabar ini, penting banget..."
Sempat sedikit ragu menguasai benakku. Ada apa dengan
Non? Adakah sesuatu tentangnya yang tidak aku ketahui? Tapi, lintasan ragu itu
segera kuhapus. Aku tepuk bahu sobatku, yang mungkin bermaksud baik. Lalu,
sambil duduk, aku sorongkan rokok. "Merokoklah," kataku. "Sebelum kamu
ngomongin Non, biarlah aku yang bercerita dulu. Jika sesudah ceritaku ini
kamu masih tetap mau ngomongin Non, aku akan mencoba mendengar."
Temanku itu setuju. Aku pun bercerita tentang Socrates.
******
Suatu pagi, seorang pria mendatangi Sokrates, dan dia berkata, "Tahukah Anda
apa yang baru saja saya dengar mengenai salah seorang teman Anda?"
"Tunggu sebentar," jawab socrates. "Sebelum memberitahukan saya sesuatu, saya
ingin Anda melewati sebuah ujian kecil. ujian tersebut dinamakan saringan tiga
kali."
"Saringan tiga kali?" tanya pria tersebut.
"Betul," lanjut Socrates. "Sebelum Anda mengatakan kepada saya mengenai teman
saya, mungkin merupakan hal yang bagus bagi kita untuk menyediakan waktu sejenak
dan menyaring apa yang akan Anda katakan. Itulah kenapa saya sebut sebagai
saringan tiga kali.
"Saringan yang pertama adalah kebenaran. Sudah pastikah bahwa apa yang
anda akan katakan kepada saya adalah kepastian kebenaran?"
"Tidak," kata pria tersebut, "Sesungguhnya saya baru saja mendengarnya dan
ingin memberitahukannya kepada Anda".
"Baiklah," kata Socrates. "Jadi Anda sungguh tidak tahu apakah hal itu benar
atau tidak. Hmm... sekarang mari kita coba saringan kedua yaitu kebaikan.
Apakah yang akan Anda katakan kepada saya mengenai teman saya adalah sesuatu
yang baik?"
"Tidak, sebaliknya, mengenai hal yang buruk".
"Jadi," lanjut Socrates, "Anda ingin mengatakan kepada saya sesuatu yang
buruk mengenai dia, tetapi Anda tidak yakin kalau itu benar. hmmm... Baiklah
Anda mungkin masih bisa lulus ujian selanjutnya, yaitu kegunaan. Apakah
yang Anda ingin beritahukan kepada saya tentang teman saya tersebut akan berguna
buat saya?"
"Tidak, sungguh tidak," jawab pria tersebut.
"Kalau begitu," simpul Socrates, "Jika apa yang Anda ingin beritahukan kepada
saya... tidak benar, tidak juga baik, bahkan tidak berguna untuk saya, kenapa
ingin menceritakan kepada saya?"
"Bagaimana?" tanyaku pada si teman, "Ada berita apa tentang Non?"
"Ahh, nggak ada apa-apa. thanks ya, rokok kamu enak," katanya,
dan pergi setelah menepuk pundakku.
TES
8:04:00 AM
NJW Magz
Bandung Indonesia
Cerita Tentang Socrates.
Sinau Sosiologi (Belajar Sosiologi)
Updated at:
8:04:00 AM
TES
»
Sinau Sosiologi (Belajar Sosiologi)
Didalam
dunia perwayangan para filsuf dijaman Yunani kuno, ada gossip bahwa
ketika Plato menjadi murid Socrates, ia sempat berselingkuh dengan istri
Socrates. Konon gossip dan rumor ini tidak mendapatkan kejelasan hingga
hari ini. Ada dua teori. Yang pertama, konon istri Socrates lebih tua
dari Plato, dan tidak memiliki daya tarik fisik, yang membuat Plato
tertarik dengan istri Socrates. Dan terori yang kedua, karena Socrates
memiliki sikap untuk membuat tuli dirinya sendiri. Alias menutup diri
rapat-rapat terhadap rumor dan gossip itu.
Alkisah
ceritanya begini. Konon, suatu hari teman dekatnya Socrates dengan
penuh semangat mendatangi Socrates. Lalu katanya, “Socrates, tahukah
engkau tentang cerita terbaru dari salah seorang murid mu ?” Socrates
tersenyum. Lalu ia berseru,”Sebelum engkau bercerita. Saya punya satu
ujian kecil. Saya menyebutnya 3 ujian !” “Ujian apa ?” tanya teman Socrates.
“Mudah koq, ujian-nya” jawab Socrates. “Yang pertama disebut Ujian Kebenaran. Apakah engkau yakin seyakin-nya,
bahwa apa yang akan engkau sampaikan padaku ini, memang benar terjadi
?” Teman Socrates menggeleng, “Yaaah, tidak. Aku hanya mendengarnya dari
orang lain juga koq !” Socrates tersenyum, “ Engkau ngak yakin kan ?
Nah, ujian kedua, disebut Ujian Kebaikan. Apakah kabar yang hendak kau
sampaikan, adalah kabar yang baik tentang muridku ?” Teman Socrates
mukanya menjadi merah, dan kembali menggeleng. “Wah, justru terbalik !”
Socrates menimpali, “Artinya kabar buruk dan jelek, yang kamu sendiri tidak yakin akan kebenaran-nya ?” Teman Socrates menjadi tersipu-sipu dengan ucapan Socrates yang menohok itu.
TES
7:52:00 AM
NJW Magz
Bandung Indonesia
Belajar Dari Socrates
Sinau Sosiologi (Belajar Sosiologi)
Updated at:
7:52:00 AM
TES
»
Sinau Sosiologi (Belajar Sosiologi)