Home
»
Posts filed under
Penelitian Sosial
Kota Surakarta yang lebih di kenal
masyarakat dengan kota Solo merupakan sebuah kota yang kini mengalami
perkembangan yang relativ cepat dari tahun-ketahun , brand nya sebagai kota
wisata budaya Jawa "The Spirit Of Java" sudah melekat dan
begitu dikenal oleh masyarakat luas. Banyak wisatawan manca maupun lokal
berbondong-bondong menuju Solo untuk menyaksikan beberapa festival dan
pagelaran budaya lokal maupun nasional yang diagendakan tiap tahun maupun tiap
bulannya. Inilah daya tarik kota solo sebagai rohnya budaya
Jawa. Namun daripada itu, dampak-dampak yang kurang dikehendaki
kini mulai bermunculan sebagai konsekuesi dari kemajuan kota, lihat
saja jalan-jalan besar di kota ini sekarang mulai mengalami kemacetan
terutama pada jam-jam kerja. Menurut data Jumlah kendaraan di Kota Solo
terus membengkak 7,5% tiap tahun. Bahkan diprediksikan pada lima tahun ke
depan, kota Solo bakal menjadi kota macet parah lantaran jumlah kendaraan saat
ini telah menembus sekitar 297.000 unit. Itupun belum termasuk kendaraan
dari luar Solo yang masuk. Data yang dilansir Dishub Solo melalui Kantor
Bersama Samsat Solo, mencatat jumlah kendaraan di Kota Solo dalam enam tahunbelakangan ini mengalami pertumbuhan hingga mencapai 86.736 unit
kendaraan.(Solopos,21 September 2011). Angka yang cukup besar untuk sebuah kota
dengan luas 44 km2 dengan penduduk 503.421 jiwa (2010. dan kepadatan
penduduk 13.636/km2. (www.surakarta.go.id 2012).
Namun kondisi ini kemudian
memunculkan fenomena2 unik dan kreatif dari masyarakat. Jika kebetulan melintas
di jalan-jalan utama kota Solo kalian pasti bertemu dengan sosok-sosok
orang berseragam mirip petugas polisi. Mereka berdiri di titik-titik
atau perempatan yang rawan kemacetan. Biasanya di tempat-tempat yang belum ada
Traffic Lightnya. Dengan sigap dan tangkas, mereka mengatur arus lalu-lintas
hingga kemacetan tidak berlangsung lama. Merekalah yang dikenal dengan nama
Supeltas, singkatan dari “Sukarelawan Pengatur Lalu Lintas”. Berasal dari
orang-orang sipil murni. Sebelumnya di kota-kota lain memang sudah ada istilah
Polisi Cepekan, yaitu orang-orang sipil yang memanfaatkan kemacetan untuk
mendapatkan rupiah dengan cara mengatur lalu-lintas.Polisi cepekan itu sering
dituding malah menjadi biang kemacetan lalu-lintas sendiri demi mendapatkan
uang dari pengendara yang melintas. Itulah sebab mengapa mereka dulu dikenal
dengan nama Polisi Cepekan. Karena dalam setiap aksinya mereka menerima atau
bahkan meminta uang receh dari pengendara yang lewat yang merasa telah mereka
bantu.(Koranjuri.com, 3 Januari 2011)
(Gaya unik supeltas kota solo memakai topeng Pak Jokowi dan Pak ahok untuk menghibur pengguna jalan)
Begitu pula awal mula Supeltas di Solo. Mulanya mereka dianggap polisi cepekan.
Namun lambat-laun pendapat masyarakat berubah. Mereka tak sekedar mengatur
lalu-lintas dengan penuh dedikasi tinggi. Mereka tak meminta uang receh atau
bayaran dari pengendara yang lewat. Panas hujanpun mereka rela bertugas. Di
sisi lain, petugas polisi resmi yang seharusnya menjadi pengatur lalu-lintas
merasa terbantu.
Seiring perkembangan, Supeltas
tersebut malah menjadi ikon lalu-lintas kota Solo. Tak lagi dicurigai seperti
masa awal. Masyarakat atau pengendara yang lewat dengan senang hati memberikan
beberapa lembaran rupiah atau receh jika melewati keberadaan mereka. Uang
tersebut sebagai bentuk ucapan terima kasih, atau sekedar rasa simpati atas
perjuangan dan kerelaan mereka. (Koranjuri.com,03 Januari 2011)
(Foto
supeltas yang sedang mengatur lalulintas dengan senyum dan sapa kepada pengguna
jalan)
Dengan Jumlah personil yang kian
bertambah ditiap tahunnya, sedikitnya ada 36 anggota supeltas yang tercatat di
Satlantas Polresta Solo. (Solopos, 21 Januari 2012).Supelatas kini menjadi
fenomena di kota Solo yang sangat menarik untuk dikaji.Keberadaanya mulai
diakui oleh masyarakat. Cara kerja mereka dalam mengatur lalu lintas yang
terbilang unik, nyentrik, ramah dan murah senyum memberi kesan tersendiri bagi pengguna
jalan yang merasakan penat kemacetansaat berkendara. Sudah puluhan orang yang
menekuninya. Mereka Tinggal mencari lokasi strategis yang bisa mereka jadi
lahan untuk pengabdian itu. Entah atas dorongan apa mereka bersedia
melakonikegiatan iniIronis memang, ketika mereka pamit dari rumah untuk
bertugas, namun tak ada kepastian bahwa apa yang mereka perbuat akan membuahkan
senyum. Dari namanya sudah melambangkan jika mereka sedang mengikhlaskan
diri.Tak bergaji. Itulah satu potret keadaan yang ada di negeri ini. sebuah
ironi atau justru sebuah hal yang patut dibanggakan. Bahwa negeri ini masih
memiliki jiwa-jiwa penuh pengabdian yang tanpa pemrih. Atau sebuah klise bahwa
dengan perjuangan yang tak kenal pamrih tersebut maka nasib baik pasti akan
menghampiri. Buah simpati dan keperdulian akan terlahir dijalanan.
(
Kegiatan sosial peduli lingkungan yang dlakukan oleh para supeltas di kota
Solo)
Dengan melihat perilaku2 unik
sekaligus dedikasi mereka, saya sebenarnya sangat berminat untuk
menjadikannya sebagai kajian skripsi saya. Berulangkali saya observasi dan
dokumentasikan apa yang saya temui dilapangan untuk meyakinkan dosen pembimbing
saya. Namun smuanya ditolak mentah mentah. dengan alasan "penelitian
mengenai supeltas itu belum pernah ada"jangan mempersulit diri lah!!
(begitulah kata dosen pembimbing saya). ya sudah kalau begitu memang mahasiswa
selalu kalah kalau lawannya dosen. Begitulah cerita tentang ide judul skripsi
saya mengenai eksistensi dan etos kerja supeltas di kota solo yang gagal saya
kaji, semoga kelak ada dari teman2 yang berminat untuk memakai ide tersebut :)
:D
TES
12:17:00 PM
NJW Magz
Bandung Indonesia
Eksistensi #Supeltas di Kota Solo :)
Sinau Sosiologi (Belajar Sosiologi)
Updated at:
12:17:00 PM
TES
»
Sinau Sosiologi (Belajar Sosiologi)
Uang receh adalah uang koin yang memiliki
nominal yang lebih kecil dari pada uang kertas.
Uang receh juga sering disebut uang logam, uang koin ataupun uang pecah oleh
masyarakat. Uang receh menjadi bagian dari kehidupan ekonomi sebagian
masyarakat. Di dunia marketing, uang receh punya peran dalam pembentukan odd
price. Orang Marketing senang menggunakan odd price, yakni harga
psikologis untuk membuat konsumen merasa bahwa produk yang dibeli tidak mahal.
Kita bisa melihat odd price ini seperti 9.999 atau 5.555. Selain
membuat produk terkesan tidak mahal, odd price diperlukan untuk
menjaga harga agar tetap kompetitif dibandingkan competitor
Kehadiran uang receh juga memiliki makna
tersendiri bagi mahasiswa . Dari
hasil Observasi dan wawancara mahasiswa-mahasiswi salah satu universitas negeri disurakarta ), mahasiswa ini mempunyai perlakuan unik terhadap
uang receh sesuai dengan latar belakangnnya masing-masing dari yang
mengganggapnya hanya sebagai nilai tukar yang kecil sampai ada yang menganggap
bahwa uang receh adalah sesuatu yang “amazing”.
Berbagai fenomena gerakan social yang menggunakan uang receh sebagai medianya ternyata sedikit banyak juga mempengaruhi persepsi mahasiswa-mahasiswa
ini tentang makna uang receh baginya. Bahkan
beberapa dari mahasiswa ini terlibat dalam gerakan-gerakan social yang
menggunakan uang receh sebagai medianya.
B. Herarki Oposisi Makna uang receh
Uang Receh adalah salah satu jenis uang yang sah
digunakan sebagai alat tukar. Di lingkungan kampus yang padat dengan jadwal
kuliah , peredaran uang receh juga menjadi bagian dari kehidupan mahasiswa.
Mahasiswa Kos dan mahasiswa yang yang
mempunyai pekerjaan sampingan ternyata akrab dengan uang receh ini. Mahasiswa
mahasiswa ini biasanya mendapatkan uang receh dari berbagai kegiatan, ada yang
dari uang kembalian belanja, maupun dari menemukannya dijalan. Kebanyakan dari
mahasiswa menggunakan uang receh sebagai alat pembayaran ketika kondisi
keuangan mereka sedang “seret”. “ Ya pake
uang receh kalo kondisi keuangan lagi seret aja, kalo punya uang besar yang
nggak pake recehan ,”kalo lagi kepepet
ya nggak malu apalagi kalo pake tantangan lebih nggak tau malu lagi
bayar pake uang recehan ,uang receh kan juga duit sah ”, jawab
arif seorang mahasiswa sosiologi antropologi yang kemarin sempat saya
wawancarai . Beberapa mahasiswa
berpendapat bahwa uang receh memang mempunyai
keterbatasan dalam segi nilai dan
kepraktisan. Arnas seorang mahasiswa pengumpul uang receh yang ketika itu saya wawancarai
berkata bahwa “uang receh itu kalau
dibawa krincing-krincing bunyinya jadi disimpen di kos aja” hal ini
menandakan bahwa uang receh memang begitu sulit dan merepotkan ketika akan
dibawa kemana-mana. Bahkan beberapa dari mereka lebih memilih untuk
mengumpulkannya daripada harus menggunakannya dalam kegiatan ekonomi. Seperti
yang dilakukan oleh Fedri salah satu mahasiswa yang juga bekerja paruh waktu
diwarung nasi uduk “Cak Noer” ia mengumpulkan uang receh dengan berbagai
nominal sampai bertoples-toples jumlahnya dari pada membelanjakannya.
Uang receh sebagai uang hanya dipandang sebagai alat
tukar dan satuan hitung yang bersifat kecil ,misalnya ketika digunakan dalam
suatu kegiatan ekonomi, Uang receh hanya mampu menjangkau barang-barang yang
harganya relative murah. “Pernah juga beli
barang dengan uang receh tapi sangat
jarang ya kalau kondisi lagi kepepet aja . paling besar belanja dengan uang
receh sebesar Rp. 5.000,- terdiri dari Pecahan Rp200,- sampai Rp. 500,-
jawab arif. “Pernah juga belanja dengan
uang receh tapi sangat jarang . paling besar belanja dengan uang receh sebesar
Rp. 3.000,- terdiri dari Pecahan Rp. 500,- Untuk membeli Gorengan Di dekat
rumah soalnya yang jualan tetangga sendiri kalau bukan tetangga sendiri ya
nggak pake uang receh ”jawabnya.
C. Oposisi Biner tentang makna Uang
receh
Menurut George
Herbert Mead, cara manusia mengartikan dunia dan dirinya sendiri berkaitan
erat dengan masyarakatnya. Mead melihat pikiran (mind) dan dirinya (self)
menjadi bagian dari perilaku manusia yaitu bagian interaksinya dengan orang
lain. Mead menambahkan bahwa sebelum seseorang bertindak, ia membayangkan
dirinya dalam posisi orang lain dengan harapan-harapan orang lain dan mencoba
memahami apa yang diharapkan orang itu (Mulyana, 2007).
Konsep
diri (self consept) merupakan suatu bagian yang penting dalam setiap
pembicaraan tentang kepribadian manusia. Konsep diri merupakan sifat yang unik
pada manusia, sehingga dapat digunakan untuk membedakan manusia dari makhluk
hidup lainnya. Keunikan konsep diri pada setiap individu pun relatif
berbeda-beda karena antara individu satu dengan individu lainnnya mempunyai
pola pikir yang berbeda.Konsep diri terbentuk dan dapat berubah karena
interaksi dengan lingkungannya. Perkembangan yang berlangsung tersebut kemudian
membantu pembentukan konsep diri individu yang bersangkutan. Konsep diri yang
dimiliki individu dapat diketahui melalui informasi, pendapat dan penilaian
atau evaluasi dari orang lain. Diri juga terdiri menjadi dua bagian yaitu diri
obyek yang mengalami kepuasan atau kurang mengalami kepuasan dan diri yang
bertindak dalam melayani diri obyek yang berupaya memberinya kepuasan.
Menurut
Mead, tubuh bukanlah diri dan baru menjadi diri ketika pikiran telah
berkembang. Sementara disisi lain bersama refleksivitasnya, diri adalah sesuatu
yang mendasar bagi perkembangan pikiran. Tentu saja mustahil memisahkan pikiran
dari diri, karena diri adalah proses mental. Namun, meskipun kita bisa saja
menganggapnya sebagai proses mental, diri adalah proses sosial. Mekanisme umum
perkembangan diri adalah refleksivitas atau kemampuan untuk meletakkan diri
kita secara bawah sadar ditempat orang lain serta bertindak sebagaimana mereka
bertindak. Akibatnya, orang mampu menelaah dirinya sendiri sebagaimana orang
lain menelaah dia (Ritzer, 2004).
Dengan
menyerasikan diri dengan harapan-harapan orang lain, maka dimungkinkan terjadi
interaksi, semakin mampu seseorang mengambil alih atau menerjemahkan
perasaan-perasaan sosial semakin terbentuk identitas atau kediriannya. Ada tiga
premis yang dibangun dalam interaksi simbolik yaitu;
1. manusia bertindak berdasarkan
makna-makna,
2. makna tersebut didapatkan dari interaksi
dengan orang lain, dan
3. makna tersebut berkembang dan
disempurnakan ketika interaksi tersebut berlangsung
Pemaknaan uang receh sebagai alat tukar
kini mulai luntur. Dengan segala keterbatasannya kebanyakan mahasiswa lebih
memilih uang kertas dari pada uang receh sebagai alat tukar atau alat
pembayaran. Alasannya jelas, uang kertas yang notabene bernominal besar lebih simpel
dan praktis dalam pembawaan maupun penggunakannya. Dibandingkan dengan nilai tukarnya, nilai
simbolik uang receh ternyata lebih mempunyai daya tarik tersendiri kususnya
bagi mahasiwa-mahasiswa ini. Makna Simbolik dari sebuah uang receh ternyata
sempat menjadi fenomena besar dimasyarakat. Pergerakan social menuju perubahan
dapat terjadi olehnya. Uang receh digalangkan untuk
melawan ketidakadilan hukum pada kasus prita , uang receh digunakan
sebagai bentuk riil dari sebuah rasa
peduli terhadap sesama seperti kasus bilqis dan juga uang receh pun kerap disebut dengan uang
pengemis atau pengamen karena penggunakannya yang seakan diperuntukan pada
mereka. Hal ini merupakan contoh nyata dimana uang receh lebih dipahami sebagai
sesuatu yang bersifat simbolik. Banyak mahasiswa yang menjadikan fenomena ini
menjadi pijakan bahwa uang receh lebih bermakna nilai simboliknya dari pada
nilai tukarnya. Selain seperti hal diatas mahasiswa juga memiliki pemaknaan sendiri terhadap
nilai uang receh sesuai dengan kepribadiannya masing masing. Mahasiswa seperti
Arnas yang seorang yang mempunyai naluri
seni Misalnya, ia memandang uang
receh sebagai symbol kreatifitas. Menurutnya ada beberapa kegunaan uang receh
yang tidak diketahui banyak orang. Uang receh ditangannya bisa dibuat karya
seni keajinan tangan. “uang receh itu
saya kumpulkan buat koleksi aja atau buat pajangan lalu kalo ada waktu senggang
saya susun jadi castile, patung atau mobil-mobilan”,jawabnya. “Uang receh itu awet, dengan bahan dasar yang
tidak gampang rusak itu uang receh dapat dimanfaatkan untuk membuat hiasan atau
karya seni yang indah bernilai jual tinggi . “ Dulu Saya pernah membuat
tumpukan uang receh berbentuk rumah dan ditawar oleh teman saya untuk mahar
pernikahannya sebesar Rp. 1 Juta tapi tidak saya berikan”, jawabnya .Menurutnya tidak etis jika memperjual
belikan uang untuk mendapat uang membuatnya pun juga susah susah gampang. (Wawancara
dengan arnas mahasiswa pendidikan sosiologi antropologi 2009b yang
merupakan mahasiswa yang hobi mengumpulkan
uang receh ).
Pemakanaan lainya juga diberikan oleh
Gigih mahasiswa Pendidikan Sosiologi Antropologi yang sangat rutin mekakukan
perjalanan Solo-Sragen dengan sepeda motornya untuk mengikuti kegiatan kegitan
perkuliahan setiap harinya., Menurutnya uang receh merupakan simbolisasi dari
rasa kebersamaan dan gotong royong warga didesanya. “Pernah nyumbangdan ikut jaga malam, Untuk Jimpitan semacam iuran atau sumbangan
perumah untuk kas ronda yang biasanya digunakan uang membelikan makanan atau
minuman untuk yang jaga ronda”,jawabnya. jimpitan salah satu contoh dimana uang receh berfungsi sebagai pembentuk
rasa kebersamaan dan gotong royong antar warga kampung. Uang receh menjelma
menjadi suatu sarana bagi setiap warga desa untuk menunjukan rasa solidaritas
dan patisipatif kepada sesamanya yang sedang melakukan jadwal ronda malam.
Pemaknaan lain juga
di berikan oleh mahasiswa - mahasiswa yang mempunyai latar belakang organisasi.
Ardana dan Pendi misalnya, menganggap uang receh sebagai simbolisai dari
rasa kepedulian terhadap sesama. “ Pernah menggunakan uang receh , Ketika bakti sosial dan
menggalang dana untuk para korban merapi dulu.Sebagian besar orang memiliki
uang receh . ketika ada kegiatan sosial seperti
penggalangan dana misalnya untuk korban bencana, infak, pembangunan
jalan, disinilah uang receh dapat menyentuh berbagai lapisan sosial
masyarakat. ”Uang receh itu sebenarnya
uang yang simpel sayang masyarakat kita saja yang belum tahu cara
memanfaatkannya ”,jawabnya dengan 1 coin
uang receh dapat menunjukan rasa kepedulian kita terhadap sesama. ”justru karena
nilainya yang kecil itu uang receh cocok digunakan sebagai media gerakan sosial
yang melambangkan kekuatan rakyat”,tegasnya ( Wawancara dengan pendi dan ardana yang
merupakan mantan pengurus himpunan mahasiswa prodi Sosiologi Antropologi).
Organisasi memberikan berbagai pengalaman kepada mereka tentang pergerakan
sosial beserta realitasnya. Menggunakan uang receh sebagai infak merupakan
salah satu wujud dari rasa peduli tersebut. Uang receh dapat menyentuh semua
kalangan, dengan nilainya yang kecil itu hampir semua elemen msyarakat mudah
hal inilah yang menjadikan uang receh sebagai
simbolisasi dari kekuatan rakyat (Masyarakat kelas bawah).
Uang receh juga dimaknai berbeda oleh Fedri mahasiswa yang bekerja paruh
waktu di warung nasi uduk dan juga mempunyai bisnis kripik tahu ini. Menurutnya
Uang receh adalah sebagai media kritik yang dapat mempengaruhi mood seseorang
terutama pedagang. “Selain
Untuk belanja kripik, Saya biasanya juga
pake uang receh untuk member pelajaran para agen kripik tahu ketika tahu yang saya
beli ternyata sudah mlempem atau cacat produksi”, jawabnya Uang receh itu unik
kalau ada biasanya tidak terlalu diperhatikan tetapi kalau tidak ada orang
malah bingung mencarinya. “ uang receh itu dapat mempengaruhi mood
seseorang.”saat itu saya belanja keripik tahu sebesar Rp. 140.000,- dengan uang
receh, si penjual yang pada mulanya ramah dan murah senyum berubah jadi pasang
muka jutek, nada bicaranya pun menjadi tidak ramah “Uang receh itu memang tidak
praktis, menyita banyak tempat, dan orang sering memandang remeh karena
nilainya yang kecil Uang Receh itu alat pembayaran yang sah dinegara Indonesia “biarpun
nilainya kecil, uang receh jadi bagian dari hidup saya, uang saku saya, sekaligus sesuatu yang memberikan pengalaman
kepada saya betapa nggak mudahnya mencari uang “, jawabnya tegas. ( hasil Wawancara
dengan Fedri ketika saya temui berada di perpustakaan pusat di UNS )
D.
Kontruksi
makna Simbolik Uang Receh
Sudah menjadi sifat manusia untuk kurang
menghargai terhadap sesuatu yang kurang bernilai seperti halnya uang receh.
Uang receh dengan nilai yang sangat kecil cenderung tidak begitu digunakan dalm transaksi
pembayaran sehari-hari. Esensi uang receh sebagai alat tukar agaknya mulai
dikesampingkan oleh mahasiswa. Rasa malu membuat uang receh kini menjadi jarang
digunakan oleh mahasiswa dalam melakukan kegiatan ekonominya dan memilih untuk
menghimpunnya . Justru di lain sisi makna
simbolik dari uang receh yang kini dikonsumsi oleh mahasiswa ini. Nilai
simbolik uang receh dirasa lebih mempunyai manfaat penting dalam memberikan
dampak pada kehidupan sosialnya. Dalam realitas sehari-hari saja paling mudah
kita temui tentang seseorag yang membeir pengemis dengan uang receh, itu sudah
merupakan symbol kepedulian dari seseorang yang memberi itu. Makna uang receh
itu tercipta ketika seseorang mempunyai persepsi sendiri-sendiri dalam memaknai
itu. Misalkan makna uang receh dalam kasus Prita tentu akan berbeda dengan makna
uang receh ketika kita membeli barang di toko. Fungsi dasar uang receh memang
sebagai alat pembayaran, tapi dibalik itu semua masyarakat tidak sadar bahwa mereka
sebenarnya memaknai uang receh dari segi simboliknya dari pada nilai tukarnya. Dari pemaknaan –pemaknaan diatas dapat
dilakukan suatu kontruksi mengenai makna
uang receh yang kini lebih dipandang sebagai suatu yang melambangkan symbol
sosial antara lain seperti berikut :
1. Uang
receh sebagai simbol perlawanan
2. Uang
receh sebagai simbol kepedulian
3. Uang
receh sebagai symbol Kebersamaan
4. Uang
receh sebagai symbol masyarakat kecil
5. Uang
receh sebagai media kritik
DAFTAR
PUSTAKA
Christopher
Norris.2009.Membongkar Teori Dekonstruksi Jacques Derrida.Jakarta:Ar-Euss Media
Geoge
Ritzer-Douglas J.Goodman. 2008.Teori Sosiologi Modern( Edisi 6
).Jakarta:Kencana
Dekonstrusi Makna Uang Receh ( Kajian Etnografi )
Sinau Sosiologi (Belajar Sosiologi)
Updated at:
7:46:00 AM
TES
»
Sinau Sosiologi (Belajar Sosiologi)
Apa merek baju yang
Anda pakai? Levi's, Ralph Laurent, Cerruti, Calvin Klein, atau bikinan lokal
tapi bermerek asing seperti LEA atau Van Hausen. Baju memang tidak sekadar
penutup tubuh. Mungkin zaman dulu, iya. Kala itu, baju hanya berfungsi sebagai
penutup tubuh, itu juga kalau dibutuhkan. Tidak selalu. Dan sampai kini pun,
masih ada daerah di pedalaman di Jambi, Kalimantan, dan Papua, yang tidak
memakai baju. Kecenderungan yang umum sekarang, terutama di kota besar layaknya
ibukota seperti Jakarta maupun Solo , fungsi baju jauh dari sekadar penutup
tubuh, tetapi sudah menjadi simbol, sebuah simbol status sosial. Orang-orang
kaya biasanya memilih baju-baju bermerek untuk menunjukkan status kemampuannya.
Orang-orang yang perekonomiannya sedang, bahkan yang mepet, kadang ingin juga
tampil keren dengan baju merek terkenal. Tak heran kalau kemudian pemalsuan
menjamur. Maklum, mereka yang sedang-sedang saja itu hanya sanggup beli yang
palsu. Kalaupun yang asli, lari ke sisa ekspor.
Fenomena itu yang
sekarang terjadi dalam lingkungan mahasiswa kita. Mahasiswa dan Mahasiswi ini rata-rata memiliki pilihan barang-barang
bermerek ( Pakaian ) mereka baik merek lokal maupun
merek Internasional juga. Dengan berbagai latar belakang yang berbeda mereka
mempunyai motivasi masing-masing dalam pemilihan merek ini. Ada yang memang
dari kalangan ekonomi atas ,menengah dan juga bawah semuanya terlibat dalam
konsumsi terhadap merek. Atas dasar selera, dan ada pula yang karena gengsi.
Satu peristiwa yang unik disini ketika Ada sosok mahasiswa dimana ia memaksa dirinya
untuk rela “ngirit” atau berhemat
dengan mengurangi pengeluaran makan demi mendapatkan barang –barang bermerek (
baju, celana. Jaket dan sepatu ) yang mereka inginkan. Hal ini menjadi menarik
untuk dikaji karena nilai pakai suatu barang yang pada hakekatnya penting tidak
terlalu diperhatikan lagi dan yang
paling utama dicari mahasiswa ini adalah nilai simbolik dan prestisnya. Persoalan
ini menjadi begitu pelik melihat keadaan mayoritas masyarakat Indonesia
masih dalam jurang kemiskinan
yang sebenarnya sedang membutuhkan
suatu masyarakat dalam pola hidup yang
sederhana.
A. Analisis Menggunakan Teori Fetisisme Komoditas dan Teori Industri Budaya (Theodor Adorno)
Saat ini partisipasi
masyarakat dunia amat tinggi, dan fenomena partisipasi aktif ini tidak terlepas
dari perkembangan kapitalisme. Masyarakat kapitalis mutakhir disebut Adorno dengan “masyarakat komoditas”
(commodity society). Adorno mengemukakan empat aksioma penting yang menandai
“masyarakat komoditas”. Empat aksioma tersebut adalah ; Pertama,
masyarakat yang di dalamnya berlangsung produksi barang-barang, bukan terutama
bagi pemuasan keinginan dan kebutuhan manusia, tetapi demi profit dan keuntungan.
Kedua, dalam masyarakat komoditas, muncul kecenderungan umum ke arah
konsentrasi kapital yang massif dan luar biasa yang memungkinkan penyelubungan
operasi pasar bebas demi keuntungan produksi massa yang dimonopoli dari
barang-barang yang distandarisasi. Kecenderungan ini akan benar-benar terjadi,
terutama terhadap industri komunikasi. Ketiga, hal yang lebih sulit
dihadapi oleh masyarakat kontemporer adalah meningkatnya tuntutan terus
menerus, sebagai kecenderungan dari kelompok yang lebih kuat untuk memelihara,
melalui semua sarana yang tersedia, kondisi-kondisi relasi kekuasaan dan
kekayaan yang ada dalam menghadapi ancaman-ancaman yang sebenarnya mereka
sebarkan sendiri. Dan keempat, karena dalam masyarakat kita
kekuatan-kekuatan produksi sudah sangat maju, dan pada saat yang sama,
hubungan-hubungan produksi terus membelenggu kekuatan-kekuatan produksi yang
ada, hal ini membuat masyarakat komoditas “sarat dengan antagonisme” (full of
antagonism). Antagonisme ini tentu saja tidak terbatas pada “wilayah ekonomi”
(economic sphere) tetapi juga ke “wilayah budaya” (cultural sphere).
Seperti Halnya
Fenomena merek dikalangan mahasiswa ini,Pemilihan objek-objek konsumsi yang berupa
komoditi misalnya Pakaian
tidak lagi sekedar dilihat dari manfaat (nilai guna) dan harga
(nilai-tukar). Lebih dari itu, apa yang dikonsumsi kini melambangkan status,
prestise, dan kehormatan (nilai-tanda dan nilai-simbol). Nilai-tanda dan
nilai-simbol, yang berupa status, prestise, ekspresi gaya dan gaya hidup, kemewahan
dan kehormatan, menjadi komoditas yang banyak dicari untuk meneguhkan identitas
seseorang yang sebenarnya adalah sesuatu yang tidak mereka butuhkan ( kebutuhan
palsu ) . Inilah bentuk hasil Industri budaya ( yang dikatakan adorno
) yang membentuk selera dan kecenderungan massa, sehingga mencetak kesadaran
mereka atas kebutuhan-kebutuhan palsu ini . Mahasiswa ini bukan lagi memuja suatu produk industri
budaya ( Pakaian ) yang secara nyata ada , tetapi pemujaan tersebut lebih
cenderung dialamatkan kepada simbol dan merek dari produk tersebut.
Sedangkan Fetisisme
komoditasnya yaitu upaya yang dilakukan
industri sedemikian rupa hingga menciptakan pemujaan yang salah terhadap suatu
produk industri budaya kepada masyarakat. Misalnya Citra di iklan di televisi maupun media promosi dalam hal preferensi
kehidupan sosial masyarakat komoditi. Iklan berbasis visual dalam produksi
budaya menciptakan strategi-strategi promosi yang terkadang bersifat
hiperealitas dalam menentukan jenis,
nilai guna dan nilai tambah suatu produk yang bertujuan menggiring mahasiswa (
konsumn ) ini menuju suatu proses Konsusmsi . Contoh sederhana adalah konsep “ganteng”
tak lagi sebatas dengan ganteng secara fisik namun industry dan media ini
memodifikasi Konsep ganteng ini menjadi ganteng
itu ketika seseorang memakai pemakaian barang-barang yang bermerek mahal dan
terkenal , dan dan memberi penguatan- penguatan negative bila seseorang
tidak mengkonsumsinya. ( missal kalau
tidak memakai produk bermerek Star**** di disebut ketinggalan jaman atau kuno).
Akhrinya yang menentukan ‘Ganteng’ dan ‘tidak’nya adalah iklan televise ( media
) . Industri budaya sangat efektif dalam menjalankan misinya tersebut hingga
orang ( Mahasiswa ) tidak menyadari apa yang tengah terjadi terhadapnya. Justru
Fakta lain muncul dimana Dengan dapat mengkonsumsi barang bermerek terkenal dan
mahal ini, seakan mereka mempunyai
kekuasaan untuk merendahkan seseorang yang tidak memakai apa yang mereka
konsumsi itu. Dan dampak buruknya lagi sesorang yang sedang dikuasai tersebut
malah menjadi termotivasi untuk berlomba-lomba mendapatkan merek yang lebih
dari yang ditunjukan pada mereka.
Refleksi :
Memang Dibenarkan
Selain simbol kestatusan, barang bermerek juga bisa menjadi simbol kredibilitas. Jika
mau bertemu dengan klien di hotel, misalnya, Anda perlu memakai baju yang
halus, licin, dan bermerek biar dia percaya akan kredibilitas kita. Bahwa
kredibiltas itu semu, tidak masalah dalam dunia yang hedonis seperti sekarang
ini. Menjadi sedikit diwajarkan jika kemudian banyak orang yang menghalalkan
segala cara agar dapat tampil keren. Mereka ingin diakui statusnya sebagai
orang yang tinggi strata sosialnya, mereka juga ingin diakui kredibilitasnya.
Apalagi mereka yang modal otaknya tak pas bandrol, maka penampilanlah yang jadi
senjata.
Kami menyimpulkan sebetulnya tidak menjadi masalah mengkonsumsi
barang bermerek ataupun tidak bermerek , dalam hal ini yang terpenting adalah nilai pakai dari barang tersebut yang disesuaikan dengan tingkat
ekonomi dan kebutuhan kita serta tidak menggunakanya untuk merendahkan orang
lain karena kita lahir dalam latar
belakang ekonomi dan lingkungan yang berbeda-beda.Ada yang Mampu ada yang serba
kekurangan. Tidak ada larangan untuk menikmati hidup yang hanya sekali ini.
Kalau memang senang barang bagus, kita bebas membeli dan memakainya. Senang
dengan segala bentuk kemewahan lainnya, silakan saja dan nikmatilah dengan
keluarga tercinta, tetapi ada bagusnya kalau kita tetap darling (sadar
lingkungan ) bahwa mayoritas bangsa Indonesia masih berada di bawah kemiskinan.
DAFTAR PUSTAKA
Agger, Ben. 2003.
Teori Sosial Kritis (Kritik, Penerapan, danImplikasinya).
Yogyakarta: Kreasi Wacana
TES
9:11:00 PM
NJW Magz
Bandung Indonesia
Fenomena Merek Dikalangan Mahasiswa
Sinau Sosiologi (Belajar Sosiologi)
Updated at:
9:11:00 PM
TES
»
Sinau Sosiologi (Belajar Sosiologi)
PENYUSUNAN RANCANGAN PENELITIAN SOSIAL
A. Penalaran
Sesuai dengan kodratnya manusia dibekali dengan hasrat ingin tahu.
Dengan adanya hasrat ingin tahu itu dalam diri manusia selalu muncul
berbagai macam pertanyaan. Sebagai akibatnya, manusia juga selalu
berusaha mencari jawaban atas pertanyaan yang muncul tadi. Hasrat ingin
tahu tersebut akan terpenuhi apabila manusia memperoleh pengetahuan baru
atau mampu memecahkan masalah sebagai jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan sendiri.
Biasanya manusia selalu berpikir jika berhadapan dengan banyak
permasalahan. Akan tetapi, tidak semua masalah membuat kita terdorong
untuk memikirkannya secara sungguh-sungguh. Kegiatan berpikir tentang
sesuatu secara sungguh-sungguh dan logis inilah yang biasanya disebut
penalaran.
Menurut John Dewey, proses penalaran manusia melalui tahapan sebagai berikut.
a. Timbulnya rasa kesulitan, baik dalam bentuk kesulitan penyesuaian terhadap suatu peralatan, kesulitan mengenai sifat, ataupun kesulitan dalam menerangkan berbagai hal yang muncul secara tiba-tiba.
b. Perasaan kesulitan ini selanjutnya diberi definisi dalam bentuk permasalahan
c. Ide-ide pemecahan tersebut diuraikan secara rasional dengan jalan mengumpulkan bukti-bukti (data).
d. Menguatkan pembuktian tentang ide-ide di atas dan menyimpulkan baik melalui keterangan-keterangan ataupun percobaan-percobaan
a. Timbulnya rasa kesulitan, baik dalam bentuk kesulitan penyesuaian terhadap suatu peralatan, kesulitan mengenai sifat, ataupun kesulitan dalam menerangkan berbagai hal yang muncul secara tiba-tiba.
b. Perasaan kesulitan ini selanjutnya diberi definisi dalam bentuk permasalahan
c. Ide-ide pemecahan tersebut diuraikan secara rasional dengan jalan mengumpulkan bukti-bukti (data).
d. Menguatkan pembuktian tentang ide-ide di atas dan menyimpulkan baik melalui keterangan-keterangan ataupun percobaan-percobaan
Suatu penalaran memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
a. Logis, suatu penalaran harus memenuhi unsur logis, artinya pemikiran yang ditimbang secara objektif dan didasarkan pada data yang shahih.
b. Analitis, berarti bahwa kegiatan penalaran tidak terlepas dari daya imajinatif seseorang dalam merangkai, menyusun, atau menghubungkan petunjuk-petunjuk akal pikirannya ke dalam suatu pola tertentu.
c. Rasional, artinya adalah apa yang sedang dinalar merupakan suatu fakta atau kenyataan yang memang dapat dipikirkan secara mendalam
a. Logis, suatu penalaran harus memenuhi unsur logis, artinya pemikiran yang ditimbang secara objektif dan didasarkan pada data yang shahih.
b. Analitis, berarti bahwa kegiatan penalaran tidak terlepas dari daya imajinatif seseorang dalam merangkai, menyusun, atau menghubungkan petunjuk-petunjuk akal pikirannya ke dalam suatu pola tertentu.
c. Rasional, artinya adalah apa yang sedang dinalar merupakan suatu fakta atau kenyataan yang memang dapat dipikirkan secara mendalam
Penalaran merupakan salah satu cara memperoleh pengetahuan. Penalaran dapat dilakukan melalui tiga cara berikut.
a. Deduktif
adalah suatu cara berpikir ilmiah yang bertolak dari pernyataan atau
alasan yang bersifat umum ke pernyataan yang bersifat khusus dengan
menggunakan kaidah logika tertentu. Penalaran deduktif dilakukan melalui
serangkaian pernyataan yang disebut silogisme dan terdiri atas beberapa
unsur berikut.
Dasar pemikiran utama (premis mayor)
Dasar pemikiran kedua (premis minor)
Kesimpulan
Contoh:
Premis mayor : semua siswa SMA kelas X wajib mengikuti pelajaran sosiologi
Premis minor : Tuti adalah siswi kelas X SMA
Kesimpulan : Tuti wajib mengikuti jam pelajaran sosiologi
Dasar pemikiran utama (premis mayor)
Dasar pemikiran kedua (premis minor)
Kesimpulan
Contoh:
Premis mayor : semua siswa SMA kelas X wajib mengikuti pelajaran sosiologi
Premis minor : Tuti adalah siswi kelas X SMA
Kesimpulan : Tuti wajib mengikuti jam pelajaran sosiologi
b. Induktif
Cara ini sangat berbeda dengan deduktif, sebab memulai suatu
penalaran dari hal-hal atau pernyataan-pernyataan yang bersifat khusus
untuk mementukan kesimpulan atau hukum yang bersifat mum. Dalam
penalaran induktif, kesimpulan ditarik dari sekumpulan fakta, peristiwa,
atau pernyataan yang bersifat khusus. Misalnya setiap manusia yang
diamati akan merasa lapar jika tidak makan apapun selama 12 jam. Oleh
sebab itu disimpulkan bahwa manusia akan merasa lapar jika tidak makan
selama 12 jam.
c. Pendekatan ilmiah
Merupakan gabungan antara cara penalaran deduktif dan induktif. Dalam
pendekatan ilmiah, penalaran disertai suatu dugaan sementara
(hipotesis).
B. Definisi Penelitian
Menurut Kamus Webster’s international penelitian adalah penyelidikan
yang hati-hati dan kritis dalam mencari fakta serta prinsip-prinsip atau
suatu penyelidikan yang amat cerdik untuk menetapkan sesuatu.
Penelitian adalah usaha memperoleh fakta atau prinsip dengan cara mengumpulkan dan menganalisis data (informasi) yang dilaksanakan dengan jelas, teliti, sistematis dan dapat dipertanggungjawabkan.
Sebagai akibat definisi di atas, penelitian mempunyai ciri sebagai berikut:
a. Bersifat ilmiah, artinya dilakukan melalui prosedur yang sistematis dan fakta harus diperoleh secara objektif
b. Merupakan suatu proses yang berjalan terus- menerus, karena hasil suatu penelitian harus dapat disempurnakan lagi.
Penelitian adalah usaha memperoleh fakta atau prinsip dengan cara mengumpulkan dan menganalisis data (informasi) yang dilaksanakan dengan jelas, teliti, sistematis dan dapat dipertanggungjawabkan.
Sebagai akibat definisi di atas, penelitian mempunyai ciri sebagai berikut:
a. Bersifat ilmiah, artinya dilakukan melalui prosedur yang sistematis dan fakta harus diperoleh secara objektif
b. Merupakan suatu proses yang berjalan terus- menerus, karena hasil suatu penelitian harus dapat disempurnakan lagi.
C. Sikap dan Syarat Seorang Peneliti
Keberhasilan penelitian yang dilakukan akan tergantung pada sikap dan cara berpikir si peneliti.
1. Cara berpikir
a. Berpikir skeptis, artinya peneliti harus selalu menanyakan bukti atau fakta.
b. Berpikir analitis, artinya peneliti harus selalu menganalisis setiap pernyataan atau persoalan yang dihadapi.
c. Berpikir kritis, artinya peneliti harus selalu mendasarkan pikiran dan pendapatnya pada logika.
a. Berpikir skeptis, artinya peneliti harus selalu menanyakan bukti atau fakta.
b. Berpikir analitis, artinya peneliti harus selalu menganalisis setiap pernyataan atau persoalan yang dihadapi.
c. Berpikir kritis, artinya peneliti harus selalu mendasarkan pikiran dan pendapatnya pada logika.
Sikap-sikap lain
a. Bersikap objektif, artinya si peneliti harus dapat memisahkan pendapat pribadi dengan kenyataan.
b. Kompeten artinya seorang peneliti harus memiliki kompetensi (kemampuan) menyelenggarakan penelitian dengan menggunakan metode dan teknik penelitian tertentu.
c. Faktual, artinya seorang peneliti harus bekerja dengan menggunakan fakta.
d. Jujur, seorang peneliti tidak memasukkan keinginannya sendiri ke dalam data.
e. Terbuka, seorang peneliti bersedia memberikan bukti penelitian dan siap menerima pendapat pihak lain tentang hasil penelitiannya.
a. Bersikap objektif, artinya si peneliti harus dapat memisahkan pendapat pribadi dengan kenyataan.
b. Kompeten artinya seorang peneliti harus memiliki kompetensi (kemampuan) menyelenggarakan penelitian dengan menggunakan metode dan teknik penelitian tertentu.
c. Faktual, artinya seorang peneliti harus bekerja dengan menggunakan fakta.
d. Jujur, seorang peneliti tidak memasukkan keinginannya sendiri ke dalam data.
e. Terbuka, seorang peneliti bersedia memberikan bukti penelitian dan siap menerima pendapat pihak lain tentang hasil penelitiannya.
Menurut Whitney (1960) ada beberapa kriteria yangharus dimiliki oleh seorang peneliti, yaitu sebagai berikut.
a. Daya nalar. Seorang peneliti harus memiliki daya nalar yang tinggi, yaitu kemampuan untuk memberi alasan dalam memecahkan masalah, baik secara induktif maupun deduktif.
b. Orisinalitas. Seorang peneliti harus mempunyai daya khayal ilmiah dan kreatif. Peneliti harus brilian, mempunyai inisiatif yang terencana, serta harus penuh dengan ide-ide rasional dan menghidnarkan peniruan atau jiplakan.
c. Daya ingat. Seorang peneliti harus mempunyai daya ingat yang kuat, selalu ekstensif dan logis, serta dapat dengan sigap melayani serta menguasai fakta.
d. Kewaspadaan. Peneliti harus secara cepat dapat melakukan pengamatan terhadap perubahan yang terjadi atas suatu variabel atau sifat suatu fenomena.
e. Akurat. Peneliti harus mempunyai tingkat pengamatan serta perhitungan yang akurat, tajam dan beraturan.
f. Konsentrasi. Seorang peneliti harus memiliki kekuatan untuk berkonsentrasi yang tinggi, kemauan yang besar, dan tidak cepat merasa bosan.
g. Dapat bekerja sama. Seorang peneliti harus mempunyai sifat kooperatif sehingga dapat bekerja sama dengan siapapu, serta harus mempunyai keinginan untuk berteman secara intelektual dan dapat bekerja secara kelompok (team work).
h. Kesehatan. Seorang peneliti harus sehat baik jiwa maupun fisiknya.
i. Pandangan moral. Seorang peneliti harus mempunyai kejujuran intelektual, kejujuran moral, beriman dan dapat dipercaya.
a. Daya nalar. Seorang peneliti harus memiliki daya nalar yang tinggi, yaitu kemampuan untuk memberi alasan dalam memecahkan masalah, baik secara induktif maupun deduktif.
b. Orisinalitas. Seorang peneliti harus mempunyai daya khayal ilmiah dan kreatif. Peneliti harus brilian, mempunyai inisiatif yang terencana, serta harus penuh dengan ide-ide rasional dan menghidnarkan peniruan atau jiplakan.
c. Daya ingat. Seorang peneliti harus mempunyai daya ingat yang kuat, selalu ekstensif dan logis, serta dapat dengan sigap melayani serta menguasai fakta.
d. Kewaspadaan. Peneliti harus secara cepat dapat melakukan pengamatan terhadap perubahan yang terjadi atas suatu variabel atau sifat suatu fenomena.
e. Akurat. Peneliti harus mempunyai tingkat pengamatan serta perhitungan yang akurat, tajam dan beraturan.
f. Konsentrasi. Seorang peneliti harus memiliki kekuatan untuk berkonsentrasi yang tinggi, kemauan yang besar, dan tidak cepat merasa bosan.
g. Dapat bekerja sama. Seorang peneliti harus mempunyai sifat kooperatif sehingga dapat bekerja sama dengan siapapu, serta harus mempunyai keinginan untuk berteman secara intelektual dan dapat bekerja secara kelompok (team work).
h. Kesehatan. Seorang peneliti harus sehat baik jiwa maupun fisiknya.
i. Pandangan moral. Seorang peneliti harus mempunyai kejujuran intelektual, kejujuran moral, beriman dan dapat dipercaya.
E. Macam-macam penelitian
1. Menurut tujuannya
Menurut tujuannya penelitian dibagi atas penelitian murni dan penelitian terapan.
a. Penelitian murni adalah dasar penelitian yang bertujuan menemukan suatu generalisasi atau keumuman dan berusaha menemukan dalil atau teori yang berlaku secara umum.
b. Penelitian terapan adalah penelitian yang berusaha mengumpulkan informasi atau data-data unuk membantu memecahkan suatu perosalan dalam kehidupan sehari-hari.
a. Penelitian murni adalah dasar penelitian yang bertujuan menemukan suatu generalisasi atau keumuman dan berusaha menemukan dalil atau teori yang berlaku secara umum.
b. Penelitian terapan adalah penelitian yang berusaha mengumpulkan informasi atau data-data unuk membantu memecahkan suatu perosalan dalam kehidupan sehari-hari.
2. Menurut tingkat analisis data
a. Penelitian eksplorasi adalah penelitian yang berupaya mendapatkan informasi mencasar tentang suatu permasalahan, yang belum pernah atau masih jarang diteliti.
b. Penelitian Pengembangan adalah penelitian yang memperluas dan menggali lebih dalam suatu relitas atau problem yang sudah ada.
c. Penelitian Deskriptif adalah penelitian yang memberikan penjelasan tentang ciri-ciri suatu keadaan yang diteliti. Dalam penelitian deskriptif, peneliti tidak memberikan simpulan umum, peneliti hanya memaparkan, memberikan gambaran, melaporkan suatu objek, keadaan atau peristiwa.
d. Penelitian Eksplanasi adalah penelitian yang menjelaskan alasan terjadinya suatu peristiwa dengan cara menganalisis hubungan antara variabel yang satu dan lainnya yang diteliti.
e. Penelitian Inferensial adalah penelitian yang tidak hanya melukiskan suatu peristiwa, tetapi juga mengambil simpulan umum dari masalah yang tengah dibahasnya.
f. Penelitian Prediksi adalah penelitian yang mencoba menggambarkan dan menjelaskan kemungkinan terjadinya suatu peristiwa pada masa datang.
a. Penelitian eksplorasi adalah penelitian yang berupaya mendapatkan informasi mencasar tentang suatu permasalahan, yang belum pernah atau masih jarang diteliti.
b. Penelitian Pengembangan adalah penelitian yang memperluas dan menggali lebih dalam suatu relitas atau problem yang sudah ada.
c. Penelitian Deskriptif adalah penelitian yang memberikan penjelasan tentang ciri-ciri suatu keadaan yang diteliti. Dalam penelitian deskriptif, peneliti tidak memberikan simpulan umum, peneliti hanya memaparkan, memberikan gambaran, melaporkan suatu objek, keadaan atau peristiwa.
d. Penelitian Eksplanasi adalah penelitian yang menjelaskan alasan terjadinya suatu peristiwa dengan cara menganalisis hubungan antara variabel yang satu dan lainnya yang diteliti.
e. Penelitian Inferensial adalah penelitian yang tidak hanya melukiskan suatu peristiwa, tetapi juga mengambil simpulan umum dari masalah yang tengah dibahasnya.
f. Penelitian Prediksi adalah penelitian yang mencoba menggambarkan dan menjelaskan kemungkinan terjadinya suatu peristiwa pada masa datang.
3. Menurut tempat pengambilan data
a. Penelitian Laboratorium merupakan penelitian yang dilakukan di tempat khusus untuk menghasilkan suatu simpulan.
b. Penelitian Lapangan merupakan penelitian yang dilakukan dalam kehidupan masyarakat yang sebenarnya.
c. Penelitian Perpustakaan merupakan penelitian yang berdasarkan pada buku-buku, naskah-naskah, dokumen, majalah, catatan di perpustakaan untuk mengumpulkan data dan informasi penelitian.
b. Penelitian Lapangan merupakan penelitian yang dilakukan dalam kehidupan masyarakat yang sebenarnya.
c. Penelitian Perpustakaan merupakan penelitian yang berdasarkan pada buku-buku, naskah-naskah, dokumen, majalah, catatan di perpustakaan untuk mengumpulkan data dan informasi penelitian.
4. Menurut pendekatannya
a. Penelitian survei. Pada umumnya dilakukan untuk membuat
generalisasi dari suatu pengamatan terbatas menjadi simpulan yang
berlaku umum bagi populasi.
b. Penelitian Kualitatif. Dilakukan untuk memahami fenomena sosial untuk pandangan pelakunya. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik observasi partisipasi, wawancara secara mendalam, dan metode lain yang menghasilkan data yang bersifat deskriptif guna mengungkapkan sebab dan proses terjadinya peristiwa yang dialami objek penelitian.
c. Penelitian Kuantitatif merupakan penelitian yang menghasilkan data berupa angka-angka yang dianalisis dengan menggunakan statistik.
d. Penelitian Historis dilakukan untuk dapat merekonstruksi dan mengaktualisasikan kembali peristiwa dan perkembangan masyarakat yang terjadi pada masa lampau.
e. Penelitian Kebijakan adalah penelitian yang bertujuan menghasilkan alternatif rekomendasi kebijakan dengan cakupan luas.
TES
3:04:00 AM
NJW Magz
Bandung Indonesia
b. Penelitian Kualitatif. Dilakukan untuk memahami fenomena sosial untuk pandangan pelakunya. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik observasi partisipasi, wawancara secara mendalam, dan metode lain yang menghasilkan data yang bersifat deskriptif guna mengungkapkan sebab dan proses terjadinya peristiwa yang dialami objek penelitian.
c. Penelitian Kuantitatif merupakan penelitian yang menghasilkan data berupa angka-angka yang dianalisis dengan menggunakan statistik.
d. Penelitian Historis dilakukan untuk dapat merekonstruksi dan mengaktualisasikan kembali peristiwa dan perkembangan masyarakat yang terjadi pada masa lampau.
e. Penelitian Kebijakan adalah penelitian yang bertujuan menghasilkan alternatif rekomendasi kebijakan dengan cakupan luas.
Penelitian Sosial
Sinau Sosiologi (Belajar Sosiologi)
Updated at:
3:04:00 AM
TES
»
Sinau Sosiologi (Belajar Sosiologi)
Welcome to a new kind of tension.
All across the alienation.
Where everything isn’t meant to be okay.
Television dreams of tomorrow.
We’re not the ones meant to follow.
For that’s enough to argue..
All across the alienation.
Where everything isn’t meant to be okay.
Television dreams of tomorrow.
We’re not the ones meant to follow.
For that’s enough to argue..
(American Idiot-Green Day)
Lirik dari grup musik Green Day di atas tampaknya menjadi sebuah bait yang sangat menjelaskan kondisi nyata dari pola pembentukan realitas sosial saat ini. Media massa, termasuk televisi, menjadi ikon pembentuk konstruksi sosial. Media pun menjadi pembentuk kuasa kebenaran dalam realita sosial. Norma-norma kehidupan cenderung dipegang oleh media.Peran media dalam pembentukan opini semakin masif dalam beberapa dekade terakhir. Semakin pentingnya peran media dalam pembentukan opini publik tidak terlepas dari pesatnya peningkatan teknologi informasi dan komunikasi. Jika pada 10 tahun sebelumnya seseorang masih sulit untuk dapat mengakses internet, namun hari ini setiap orang dapat mengakses internet secara mobile. Jika 10 tahun sebelumnya jumlah stasiun televisi sangat terbatas, namun hari ini jumlah stasiun televisi semakin banyak dan dengan tingkat coverage yang lebih luas. Bahkan, hari ini kita dapat mengakses jaringan internasional, sesuatu yang mustahil dilakukan pada beberapa tahun yang lalu.
Walaupun tidak semasif beberapa tahun terakhir, media di masa lalu juga memiliki peran yang besar dalam membentuk opini publik. Contohnya adalah bagaimana publik melihat Sukarno sebagai seorang pemimpin besar Indonesia. Lewat radio pada saat itu, Sukarno berhasil membangun citra pemimpin kharismatik di masyarakat Indonesia, walaupun sebagian masyarakat mengetahui bahwa dalam praktek Sukarno adalah pemimpin yang otoriter. Namun sekali lagi, peran media telah menggeser opini publik terhadap citra Sukarno dari seorang pemimpin diktator menjadi pemimpin yang kharismatik dan dibanggakan oleh masyarakat Indonesia.
Peranan media masa tersebut tentunya tidak dapat dilepaskan dari arti keberadaan media itu sendiri. Marshall McLuhan, seorang sosiolog Kanada mengatakan bahwa ”media is the extension of men”. Pada awalnya, ketika teknologi masih terbatas maka seseorang harus melakukan komunikasi secara langsung. Tetapi, seiring dengan peningkatan teknologi, maka media massa menjadi sarana dalam memberikan informasi, serta melaksanakan komunikasi dan dialog. Secara tidak langsung, dengan makna keberadaan media itu sendiri, maka media menjadi sarana dalam upaya perluasan ide-ide, gagasan-gagasan dan pemikiran terhadap kenyataan sosial (Dedy Jamaludi Malik, 2001: 23)
Dengan peran tersebut, media massa menjadi sebuah agen dalam membentuk citra di masyarakat. Pemberitaan di media massa sangat terkait dengan pembentukan citra, karena pada dasarnya komunikasi itu proses interaksi sosial, yang digunakan untuk menyusun makna yang membentuk citra tersendiri mengenai dunia dan bertukar citra melalui simbol-simbol (Nimmo, 1999). Dalam konteks tersebut, media memainkan peranan penting untuk konstruksi realitas sosial.
Sebagai seorang praktisi media massa, Direktur Pemberitaan TV One, Karni Ilyas atau biasa disebut ”Bang One”, telah menunjukan betapa strategisnya peran media dalam pembentukan realitas sosial. Berbagai contoh seperti pencitraan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tahun 2004, kasus Manohara yang mengkonstruksi opini masyarakat bahwa dia sebagai orang yang perlu dilindungi, dan terakhir adalah citra terhadap KPK sebagai institusi pemberantasan korupsi; tidak dapat dilepaskan dari peran media dalam membentuk opini publik.
Namun, Karni Ilyas menyatakan bahwa pembentukan opini publik tidak sepenuhnya menjadi monopoli media massa. Masyarakat juga memiliki peran dalam mencerna informasi yang didapat dari media. Dalam hal itu, maka faktor relativisme budaya masyarakat menjadi hal yang penting dalam proses keberterimaan sebuah opini publik.
Dengan perannya yang sangat besar dalam pembentukan opini publik, maka sudah sejatinya gerakan mahasiswa dapat memanfaatkan keran-keran media massa dalam melakukan adovokasi kebijakan publik. Penyebaran diskursus-diskursus dalam public sphare inilah yang seharusnya lebih dimaksimalkan oleh gerakan mahasiswa agar gerakan mahasiswa lebih efektif dalam mencapai tujuan-tujuan gerakannya. TES 8:05:00 AM NJW Magz Bandung Indonesia
Peran Media Dalam Pembentukan Opini Publik
Sinau Sosiologi (Belajar Sosiologi)
Updated at:
8:05:00 AM
TES
»
Sinau Sosiologi (Belajar Sosiologi)
Rindra Sulistiyono (K8409054)
Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Antropologi Positisivitik
P.IPS PENDIDIKAN SOSIOLOGI ANTROPOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2010
I. PENDAHULUAN
Seringkali perkembangan teknologi yang begitu maju pesat menjadi sangat digemari oleh banyak orang . Perubahan teknologi menuntut kita untuk pandai – pandai dalam beradaptasi karena jika tidak ,kita akan terjebak dalam perubahan sosial tersebut dan kita pun akan senantiasa tertinggal. Salah satu inovasi dari semakin canggihnya teknologi adalah internet . melalui internet kita bisa sharing maupun mencari informasi yang seluas – luasnya .Dahulunya fasilitas internet hanya sering dijumpai pada warung internet ( warnet ) . kini muncul istilah baru dalam dunia teknologi global yaitu wi-fi hotspot . Hotspot merujuk pada tempat-tempat tertentu (biasanya tempat umum) yang memiliki layanan internet dengan menggunakan teknologi Wireless LAN, seperti pada perguruan tinggi, mall, plaza, perpustakaan, restoran ataupun bandara. Konsep ini pertama kali dikemukakan pada tahun 1993 oleh Bret Stewart sewaktu konferensi Networld dan Interop, di San Fransisco. Dengan pemanfaatan teknologi ini, setiap orang dapat mengakses jaringan internet melalui komputer/laptop/HP/PDA yang mereka miliki di lokasi-okasi hotspot ini tersedia, tentunya perangkat komputer/laptop/HP/PDA tersebut harus memiliki teknologi wi-fi , tidak hanya terpaku pada warnet saja.Pada umumnya peralatah wifi hotspot menggunakan standarisasi WLAN IEEE 802.11b atau IEEE 802.11g. Teknologi WLAN ini mampu memberikan kecepatan akses yang tinggi hingga 11 Mbps (IEEE 802.11 b) dan 54 Mbps (IEEE 802.11 g) dalam jarak hingga 100 meter. Perkembangan dan semakin canggihnya teknologi memang sangat di harapkan, dan tentunya mempelajari perubahan sosial ini serta system pengelolaannya akan mampu dapat mengarahkan terjadinya perubahan social kearah tujuan yang akan di capai secara efektif.
II. PENGERTIAN DIFUSI INOVASI
1. Pengertian Difusi inovasi
Menurut Rogers (1983 :11) "an Innovation is an idea, Practice, or object that is perceived as new by an individual or other unit of adoption", Bahwa inovasi merupakan suatu ide praktis, atau objek yang dianggap baru oleh individu atau unit adopsi lainnya. Sedang pengertian difusi menurut Rogers (1983:5) adalah "Diffusion is the process \by which an innovation is communicated through certain channols over time among the member of a social systems : jadi difusi adalah merupakan proses dimana motivasi tersebar atau di komunikasikan dalam waktu tertentu kepada anggota system sosial. Menurut Ibrahim (1988: 59) difusi ialah proses komunikasi inovasi antar warga masyarakat (anggota sistem sosial), dengan menggunakan saluran tertentu dan dalam jangka waktu tertentu. Komunikasi dalam arti definisi ini di tekankan dalam arti; terjadinya saling tukar informasi antar individu baik secara memusat (konvergen) maupun memencar (divergen), yang berlangsung secara spontan. Dengana adanya komunikasi ini akan terjadi kesamaan pendapat antar warga masyarakat tentang inovasi. Penyebaran unsur-unsur baru ini dapat dilakukan sacara sengaja dengan maksud agar penerima berubah pengetahuan sikapnya untuk menerapkan motivasi yang telah diterimanya dan diharapkan dapat memberdayakan dirinya sendiri. Proses difusi inovasi didasarkan atas adanya proses komunikasi, salah satudampak yang diharapkan dari proses difusi inotivasi yang disebarkan adalah terbentuknya sikap masyarakat untuk menerapkan pengetahuan baru. Suatu inovasi yang terjadi pada diri individu atau kelompok masyarakat akan mengacu pada suatu perubahan yang berpengaruh kepada pengenalan, menaruh minat, persuasi, keputusan dan tindakan serta pelaksanaan sehingga terjadi perubahan struktur dan fungsi. Suatu inovasi yang ditunda pengirimannya disebut perubahan struktur, tapi jika individu mau mengadopsi dan langsung mempraktekkannya berarti telah mengalami perubahan fungsi. Perubahan fungsi disini berarti dari yang tidak tahu menjadi tahu, sehingga mereka bisa memanfaat hal- hal baru yang individu terima tersebut.
2. Sifat Difusi Inovasi
Menurut Rogers (1983:211) mengemukakan ada 5 karakteristik inovasi yaitu; 1) Relative advantage, yaitu keuntungan relatif.2) Kompatibilitas; 3) Kompleksitats; 4)Trialabilitas; 5) ObservabiIitas. Keuntungan Relatif ; yaitu apakah cara-cara atau gagasan baru ini memberikan kuntungan relatit bagi penerimanya.
Keserasian yaitu, apakah inovasi yang akan diberikan itu serasi dengan nilai-nilai yang berlaku, sistem kepercayaan, gagasan yang lebih dahulu diperkenalkan, serta adatistiadat yang berlaku.
Kerumitan yaitu apakah inovasi tersebut mempunyai kerumitan yang dapat dipahami oleh mereka, dapat dicobakan dalam skala kecil dan menyeluruh. Dapat dilihat atau diobservasikan artinya suatu motivasi dapat disaksikan dengan mata, dapat diamati langsung hasilnya, sehingga orang akan lebih mudah menerimanya.
3. Elemen difusi inovasi.
a.Inovasi
Inovasi (Ibrahim : 60) ialah suatu ide, barang, kejadian, metode, yang diamati sebagai suatu ide baru bagi seseorang atau sekelompok orang, baik itu berupa hasil invensi atau diskoveri, yang diadakan untuk mencapai tujuan tertentu.baru disini diartikan mengandung ketidak tentuan, artinya sesuatu yang mengandungberbagai alternatif.
Sesuatu yang tidak tentu masih terbuka berbagai kemungkinan bagi orang yang mengamatinya, baik mengenai arti, bentuk, manfaat, dansebagainya. Dengan adanya informasi tersebut berrati mengurang ketidaktentuan tersebut.Misalnya , inovasi komputer, maka orang yang mengamati komputer sebagai sesuatu yang baru, berarti komputerbagi orang itu masih serba tidak tentu. Bagi orang itu mendapat informasi tentang komputer sangat penting utnuk mengurangi ketidaktahuannya tentang benda baru tersebut.
b. Komunikasi dengan saluran tertentu.
Sebagaimana yang kita ketahui bahwa komunikasi adalah proses pertukaran informasi, dan komunikasi berfungsi untuk menyampaikan informasi, dan bisa juga sebagai hiburan dan bahkan bisa sebagai pengendali tingkah laku. (Ahmad Mubarok: 1999:21.)
Komunikasi dalam pembicaraan difusi inovasi ini, diartikan sebagai proses pertukaran informasi antar anggota sistem sosial (warga masyarakat) sehingga terjadi saling pengertian antara satu dengan yang lain. (Ibrahim, 1988: 61). Difusi adalah salah satu tipe komunikasi yang menggunakan hal yang baru sebagai bahan informasi, inti dari pengertian difusi ialah terjadinya komunikasi (pertukran informasi) tentang sesuatu hal yang baru (inovasi).
Saluran komunikasi merupakan alat untuk menyampaikan informasi dari seorang ke orang lain.misalnya saluran media massa seperti radio, televisi, surat kabar, dan sebagainya. Media massa di gunakan umtuk meyampaiakan informasi kepada audiens dengan maksud agar audiensmengetahui dan menyadari adanya inovasi
c. Waktu
Menurut Ibrahim (1988 :62) waktu adalah elemen yang penting dalam proses difusi, karena waktu merupakan aspek utama dalam proses komunikasi. Peranan dimensi waktu dalam proses difusi ada tiga hal sebagai berikut;(1) proses keputusan inovasi. (2) kepekaan seseorang terhadap inovasi. (3) kecepatan seseorang menerima inovasi.
Proses keputusan inovasi ialah proses sejak seseorang mengetahui inovasi pertama kali sampai ia memutuskan untuk menerima dan menolak inovasi. Ada lima langkah dalam proses keputusan inovasi yaitu ; (a) pengetahuan tentang inovasi.(b) bujukan atau himbauan (c) penetapan atau keputusan(d) penerapan (implementasi). Kepekaan seseorang terhadap inovasi tidak sama, ada yang dahulu ada yang kemudian. Yang menerima inovasi lebih dahulu akan lebih peka terhadap inovasi di bandingkan dengan yang menerima inovasi lebih akhir. Kecepatan penerimaan inovasi ialah kecepatan relatif di terimanya inovasi oleh warga masyarakat. Apabila sejumlah masyarakat menerima inovasi, dan di buat diagram frekuensi komulatif berdasarkan waktu, maka hasilnya akan berupa kurva yang berbentuk S.(Ibrahim 1988:63)
d. Sistem Sosial
Sistem sosial ialah hubungan (interaksi) antar individu atau unit dengan bekerja sama untuk memecahkan masalah guna mencapai tujuan tertentu. Anggota sistem sosial dapat individu, kelompok- kelompok informal, organisasi dan sub sistem yang lain. Semua anggota sistem sosial bekerjasama untuk memecahkan masalah guna mencapai tujuan bersama. Dengan demikian maka sistem sosial merupakan ikatan bagi anggotanya dalam melakukan kegiatan artinya antar anggota tentu saling pengertian dan hubungan timbal balik.
III. PROSES DIFUSI INOVASI WARUNG MAKAN FREE HOTSPOT
1. Warung makan “ Adem Ayem ” free hotspot
Kreativitas orang Madiun memang tidak ada matinya. Tepatnya di kecamatan dolopo , Untuk menarik dan meningkatkan kenyamanan pengunjung , warung makan disulap menjadi tempat nongkrong yang asyik, karena dilengkapi fasilitas hotspot (Wi-fi) gratis.Dengan adanya fasilitas itu para pengunjung bisa lebih lama menikmatin hidangan di tempat itu. Itu tentunya adalah target utama yang diberikan penyedia(penjual) kepada konsumen.
"Saatnya warung makan bisa multifungsi “ Tutur Mas bowo pemilik warung makan “Adem Ayem”pada saat saya wawancarai ,Sabtu( 22/10 ) .Warung Makan Tidak hanya dengan fungsi penjual makanan saja , melainkan juga bisa menjadi tempat warga setempat untuk santai-santai, belajar, dan berbagi informasi. Dari Wawancara dengan Mas Bowo saya memperoleh beberapa informasi mengenai strategi pengembangan warung makan yang telah ia dirikan sekitar 2 tahun yang lalu .
Ya, nama lengkapnya Wahyu Wibowo sebenarnya. “Ide ini diambil dari teman-teman saya yang kebetulan berbisnis sama dengan saya,”katanya dengan ramah khas orang Madiunnya. Saat saya berkunjung ke sana bersama teman saya pagi hari , warung makan ini masih terlihat sepi ternyata. Biasanya, kembali Mas Bowo memberi tahu, “ setiap pagi dan malam baru rame mas para pengunjungnya”, dan rata-rata yang sering menggunakan free hotspot ini adalah remaja – remaja SMP , SMA hingga Mahasiswa rupanya. Sebab, daerah tempat warung ini berada adalah daerah tinggal anak-anak sekolah dan kuliah. Kemudian saya bertanya tentang berapa keuntungan yang ia peroleh dengan adanya system hospot ini. Pada mulanya masyarakat belum mengenal tentang fasilitas hospot ini sehingga pengunjung warung makan ini masih belum ada peningkatan malah merugi akibat pemasukan yang diterima tidak sebanding dengan pengeluaran biaya untuk memasang hospot. “ namanya juga usaha mas pasti juga ada pasang surutnya” ujar Mas Bowo . tetapi setelah melakukan beberapa evaluasi , Mas Bowo berhasil mengenalkan inovasinya pada masyarakat dengan cara membuat poster – poster , selebaran serta umbul – umbul tentang promo – promo dan fasilitas yang disediakan oleh warung makannya . Hasilnya pun menggembirakan belum ada satu minggu setelah membuat berbagai macam selebaran ,warung makan ijo lumut Mas Bowo mulai dipadati oleh pengunjung yang kebanyakan adalah pelajar pemasukan pun mulai bertambah . inovasi inipun mulai ditiru oleh sebagian warung makan disekitar nya .
2. Analisis Dan Kesimpulan
Ø inovasi diatas menyebabkan perubahan social yang dikategorikan sebagai perubahan kontak selektif karena anggota sitem social terbuka pada pengaruh luar dan menerima ide baru berdasarkan kebutuhan yang mereka rasakan sendiri . Mas Bowo berhasil mengadopsi dan menerapkan inovasi warung makan dengan fasilitas hotspot yang ia temukan dari teman – temannya yang berbisnis dibidang yang sama dengannya.
Ø Saluran komunikasi yang digunakan dalam proses difusi inovasi warung hotspot ini adalah media cetak yang berupa selebaran- selebaran , poster serta umbul – umbul .
Ø Proses keputusan inovasi ialah proses sejak seseorang mengetahui inovasi pertama kali sampai ia memutuskan untuk menerima dan menolak inovasi. langkah dalam proses keputusan inovasi ini yaitu ; pengetahuan anggota social tentang inovasi . Mas Bowo melihat inovasi yang dikembangkan oleh teman – temanya dan dengan mempertimbangkan keuntungn yang ia peroleh lalu ia menerima dan menerapkan inovasi tersebut.
Ø Karakteristik inovasi ini yaitu; 1) Relative advantage, yaitu keuntungan relatif. Karena dengan adanya inovasi ini dapat memberikan kuntungan relatit bagi penerimanya baik pemilik warung makan maupun pengunjungnya.
Ø Keserasian, karena inovasi ini serasi dengan nilai-nilai yang berlaku,
Ø inovasi tersebut mempunyai kerumitan yang dapat dipahami oleh kalangan tertentu , orang yang mengerti cara penggunakan wi-fi hotpotlah ( memiliki laptop yang mendukung )yang bisa menggunakan fasilitas yang disediakan oleh warung makan hotspot ini.
Ø Dengan demikian inovasi hotpot ini dapat dikategorikan sebagai suatu difusi inovasil yang berhasil Karena dapat diterima oleh masyarakat dan masyarakatpun bisa merasakan manfaatnya
Daftar Pustaka
www.wikipedia.com “hotspot” .diakses tanggal 23 mei 2010
www.google.com “teori difusi inovasi . diakses tanggal 23 mei 2010
DIFUSI ,INOVASI DAN PERUBAHAN SOSIAL Warung Makan Free Hotspot
Sinau Sosiologi (Belajar Sosiologi)
Updated at:
7:57:00 PM
TES
»
Sinau Sosiologi (Belajar Sosiologi)